Terbentuknya Kepercayaan Diri Seorang Atlet

Terbentuknya Kepercayaan Diri 

Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting, salah satu aspek kepribadian yang berupa keyakinan akan kemampuan diri seseorang sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain, dan dapat bertindak sesuai kehendak dirinya sendiri, gembira, optimis, cukup toleran serta bertanggung jawab. Kepercayaan diri merupakan kemampuan akan dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu dan berhasil, kepercayaan diri juga merupakan sikappositif seseorang individu yang yang memampuakan dirinya terhadap  lingkungan atau situasi apapun yang dihadapinya.

Proses Terbentuknya Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri dapat dibentuk melalui interaksi individu dengan lingkungan atau aktifitas dengan orang lain. Oleh karena itu, seorang pembina atau pelatih harus mampu menanamkan sikap percaya diri kepada atlet binaannya. Seluruh uraian di atas telah menunjukkan betapa pentingnya peran kepercayaan diri seorang atlet dalam mencapai prestasi. Setiap atlet memiliki tingkat kepercayaan diri yang berbeda-beda. Secara umum, kepercayaan diri dapat digolongkan menjadi 3 tingkatan, yakni, kurang percaya diri, kepercayaan diri yang realistis, dan terlalu percaya diri.

Rasa percaya diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang ada proses tertentu didalam pribadinya sehingga terjadi pembentukan rasa percaya diri. Terbentuknya rasa percaya diri yang kuat terjadi melalui proses:

  1. Terbentuknya kepribadian baik sesuai dengan proses perkembangan yang melahirkan kelebihankelebihan tertentu.
  2. Pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihankelebihannya.
  3. Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau rasa sulit menyesuaikan diri.
  4. Pengalaman didalam menjalani berbagai aspek kehidupan dengan menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya.

Sarason J.G (1996) menyatakan bahwa kepercayaan diri terbentuk dan berkembang melalui proses belajar individu maupun sosial. Proses belajar secara individu berhubungan dengan umpan balik dan lingkungan, melalui interaksi dengan aktivitas kegiatannya bersama orang lain. Dalam hubungan yang terjadi antara individu yang satu dengan yang lain seseorang tidak hanya menanggapi orang lain, namun seseorang juga mempersepsi dirinya sendiri dalam keterkaitan dengan hubungan sosial yang tercipta (Wicaksono, 2019).

 Hubungan Kepercayaan Diri Dengan Prestasi

Weinberg & Gould (2003: 311) menjelaskan tentang hubungan antara kepercayaan diri dengan prestasi (performance) seorang atlet melalui gambar berikut:

Terbentuknya Kepercayaan diri

Gambar U Terbalik yang Menggambarkan Hubungan Tingkat Kepercayaan Diri (Weinberg & Gould, 2013: 311)

Kepercayaan Diri dengan Prestasi (Performance) Gambar di atas menjelaskan bahwa peningkatan kepercayaan diri akan diiringi dengan peningkatan prestasi. Semakin tinggi kepercayaan diri seorang atlet, akan semakin tinggi pula prestasi yang diperoleh. Namun tingkat kepercayaan diri mempunyai titik tertentu yang merupakan batas kepercayaan diri tertinggi yang boleh dimiliki seorang atlet. Ketika seorang atlet melewati titik tersebut maka akan mendapat efek yang berlawanan. Semakin tinggi atlet melewati titik tersebut maka akan semakin rendah prestasi yang dicapai. Titik tersebut merupakan bentuk kepercayaan diri yang paling ideal dan yang paling dibutuhkan atlet untuk mencapai prestasi yang tinggi.

Dampak Kepercayaan Diri

Atlet yang memiliki kepercayaan diri tinggi memiliki sifat mandiri, bersemangat, yakin akan potensi dirinya, sanggup berkerja keras, optimis dan dinamis, mampu melakukan kegiatan secara efektif, mampu mengontrol emosi (bersikap tenang dan tidak mudah gugup), pemberani, penuh tanggungjawab, dan mampu bangkit kembali dari kegagalan. Kepercayaan diri yang tinggi ditandai pula dengan adanya kemampuan untuk membuat keputusan penting dalam pertandingan, berkonsentrasi, melakukan aktivitas di bawah tekanan, menerapkan strategi secara tepat, menunjukkan kemampuan yang dibutuhkan untuk meraih sukses, berkomunikasi dengan baik termasuk dengan pelatih. Sifat dan kemampuan yang diyakini menjadi modal utama untuk meraih prestasi maksimal.

Terkait dengan dampak kurangnya kepercayaan diri atlet, secara lebih rinci, Weinberg & Gould (2003: 312) menyatakan "many people have the physical skills to be successful but lack confidence in their ability to perform this skills underpressure". Artinya banyak orang memiliki keterampilan fisik, tetapi kurang percaya diri terhadap kemampuan mereka untuk menunjukkan keterampilannya tersebut ketika dia berada di bawah tekanan. Sedangkan terkait dengan keercayaan diri yang berlebihan (terlalu percaya diri), Weinberg & Gould (2003: 312) menyatakan bahwa "you cannot be overconfidence, however, ifyour confidence is based on actual skill and ability. As general rule, overconfidence is much less a problem than underconfidence. When it does occur, however, the result can be just as disastrous. Pernyataan ini, secara garis besar dapat diartikan bahwa seorang atlet tidak boleh terlalu percaya diri, meskipun kepercayaan diri itu didasarkan pada keterampilan dan kemampuan yang sesungguhnya dimiliki. Sebagai aturan atau pedoman umum, terlalu percaya diri merupakan sebuah problem yang lebih kecil daripada rasa kurang percaya diri. Namun demikian, ketika hal itu terjadi (rasa terlalu percaya diri muncul), bagaimanapun juga dapat mengakibatkan terjadinya malapetaka.

Kesimpulan

Seorang atlet yang terlalu percaya diri maupun yang kurang percaya diri, sama-sama mendatangkan persoalan apabila harus tampil di bawah tekanan. Kurang percaya diri dapat menghambat atlet untuk tampil sesuai dengan kemampuannya. Biasanya ini akan menambah stress karena ada kesenjangan antara tuntutan tugas dan kemampuan seseorang. Situasi semacam ini menyebabkan atlet merasa takut. Sebaliknya, terlalu percaya diri dapat menghilangkan rasa takut yang muncul dalam situasi pertandingan. Dampaknya, atlet yang terlalu percaya diri seringkali tampak tanpa mempedulikan lawan yang berkualitas tinggi. Atlet yang terlalu percaya diri sebenarnya bekerja melawan dirinya sendiri. Atlet yang terlalu percaya diri, selain dapat kacau menghadapi lawan yang superior, dapat pula mengacaukan dirinya sendiri. Idealnya adalah mendorong atlet yang realistis dalam rasa percaya dirinya selama latihan, sehingga atlet tidak bergerak ke arah terlalu percaya diri yang berlebihan.


Daftar Pustaka

  • Setyobroto, Sudibyo. (2002). Psikologi Olahraga. Jakarta: P.T. Anem Kosong Anem.
  • Wicaksono, Danang. (2009). Pengaruh Kepercayaan Diri, Motivasi belajr Sebagai Akibat dari Latihan Bolavoli Terhadap Prestasi Belajar Atlet di Sekolah. Tesis Magister, Yogyakarta: PPs UNY.
  • Weinberg, Robert. S & Gould, Daniel. (2003). Foundation of sport & exercise psychology, third edition. Champaign, II: Human Kinetics Publishers, Inc.


Posting Komentar untuk "Terbentuknya Kepercayaan Diri Seorang Atlet"