Pengertian dan Karakteristik Organisasi Pembelajaran di Sekolah

Organisasi Pembelajaran (Learning Organization)

Arti Organisasi Pembelajaran
Pada dasarnya manusia terdapat rasa keinginan kuat untuk belajar. Dalam kontek organisasi, melakukan pembelajaran berarti menetapkan strategi inovasi, perbaikan berkelanjutan, komitmen terhadap tugas dan berorientasi pada tujuan organisasi. Organisasi belajar dicirikan adanya keterbukaan, pertumbuhan, dan pengambilan risiko. Jika menemui hambatan atau kekeliruan, maka organisasi segera melakukan perubahan terhadap target dan sasaran, melakukan kebijakan untuk resolusi jangka pendek, serta koordinasi terhadap unit-unit yang menentukan. Jadi organisasi pembelajaran (learning organization) adalah organisasi yang mampu mengembangkan kemampuan untuk terus menerus menyesuaikan diri dan berubah.
oragnisasi pembelajaran

Menurut Senge (1990) orang yang ingin bersaing dalam lingkungan bisnis, harus menjadikan organisasinya ”organisasi belajar” dengan cara terus menerus beradaptasi terhadap lingkungan yang terus berubah. Dijelaskan dalam The Fifth Discipline (Senge, 1990), learning organization (LO) adalah organisasi yang orang-orangnya secara terus menerus mengembangkan kapasitasnya guna menciptakan hasil yang mereka inginkan, dengan pola berpikir baru, memberi kebebasan kepada orang-orang didalamnya secara terus menerus belajar sesuatu secara bersama- sama. Inti konsep tersebut bahwa membangun learning organization pada dasarnya adalah membangun individu-individu pembelajar dalam organisasi. Tidak ada organisasi pembelajar (LO) tanpa individu-individu pembelajar.
Pengertian belajar akhir-akhir ini tidak hanya berlandaskan satu aliran tertentu misalnya aliran tingkah laku, aliran kognitif, aliran humanis, atau teori sibernetik akan tetapi lebih bersifat konvergensi (gabungan), Belajar  adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Perubahan pada learner tidak dapat dipaksakan, akan tetapi dengan kesadaran diri peserta didik, guru hanya berusaha mengkondisikan terjadinya proses belajar yang produktif dimana orang mendapat pengalaman yang bermakna dalam hidupnya. Sebagaimana diuraikan oleh Wahyudi (2009) bahwa prinsip-prinsip belajar pada dasarnya dapat dijelaskan sebagai berikut.

  1. Apapun yang dipelajari peserta didik, dialah yang harus belajar, bukan orang lain.
  2. Setiap peserta didik akan belajar sesuai dengan status atau tingkat kemampuannya.
  3. Peserta didik akan belajar dengan baik apabila memperoleh penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajarnya.
  4. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan peserta didik akan membuat proses belajar lebih bermakna.
  5. Seorang peserta didik akan lebih meningkat motivasinya untuk belajar apabila diberi tanggung jawab serta kepercayaan penuh atas belajamya.

Belajar merupakan kebutuhan dasar manusia dalam organisasi, karyawan merasa tertekan apabila organisasi menghalangi karyawan yang ingin belajar. Belajar menghasilkan perubahan perilaku, cita-cita, ataupun  harapan terhadap masa depan. Peter Senge (1995) mengemukakan bahwa dengan belajar serius kita dapat mengetahui secara baik apa yang kita kenal dengan nilai-nilai kemanusian. Melalui belajar kita membangun kembali diri sendiri. Melalui belajar kita mampu melakukan sesuatu yang belum pernah kita lakukan sebelumnya. Melalui belajar kita merasakan kembali dunia dan adanya hubungan diri dengan dunia. Melalui belajar kita memperluas kemampuan kita untuk mencipta, dan menjadi bagian dari proses perubahan dalam kehidupan. Membentuk organisasi yang mampu belajar dapat memulihkan atau menyemangati kembali tempat kerja. Proses belajar dalam organisasi dapat  dilakukan secara individu maupun secara kelompok sehingga mampu membentuk budaya belajar merupakan unsur yang menghargai belajar sebagai suatu sistem nilai yang dijunjung tinggi dalam organisasi, sehingga orang yang berani mengambil risiko perlu dihargai sebagai suatu proses belajar, unsur pemberdayaan berarti memberikan suasana belajar kepada karyawan melalui pemberian taggung jawab yang lebih besar.

Karakteristik Organisasi Pembelajar
Setiap organisasi mempunyai karakteristik yang berbeda bergantung jenis, struktur, visi dan misi yang dianut organisasi yang bersangkutan. Demikian pula organisasi pembelajaran, mempunyai karakteristik yang spesifik dan dapat dibedakan dengan organisasi Iainnya. Sebagaimana dikemukakan oleh Senge (1990) mengemukakan bahwa di dalam organisasi pembelajaran yang efektif diperlukan unsur-unsur yang merupakan skills yang seyogyanya dimiliki oleh setiap pemimpin untuk terbangunnya organisasi pembelajaran, yakni: Personal Mastery, Mental Models, Shared Vision, Team Learning dan
System Thinking
, sehingga organisasi pembelajaran dapat diwujudkan secara optimal.

Demikian pula Braham (2003) mencoba mengetengahkan organisasi yang mampu belajar sebagai berikut:

  1. Pembelajar merupakan bagian terpadu dari setiap aktivitas karyawan  dan belajar sudah menjadi bagian dari tugas bukan beban tambahan.
  2. Pembelajar adalah sebuah proses, bukan sebuah peristiwa.
  3. Kerjasama merupakan landasan dari semua aktivitas/hubungan.
  4. Setiap orang/karyawan berkembang dan bertumbuh, dan dalam  prosesnya mengubah organisasi.
  5. Organisasi pembelajar bersifat kreatif, dan karyawan membangun kembali organisasi.
  6. Organisasi belajar dari dirinya sendiri, para karyawan mendidik organisasi tentang efisiensi, peningkatan mutu dan inovasi.
  7. Menjadi bagian dari organisasi yang mampu belajar adalah sesuatu yang menyenangkan dan menggembirakan.

Dalam organisasi yang mampu belajar, motivasi sebagai bagian yang sudah menyatu dalam diri setiap karyawan. Pemimpin tidak perlu banyak instruksi karena karyawan secara otomatis berusaha mengerahkan kemampuan fisik dan intelektualnya untuk merealisasikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Hal senada dikemukakan juga oleh Robbins (2001) bahwa organisasi pembelajaran mempunyai karakteristik dasar sebagai berikut:

  1. Anggota  organisasi mengesampingkan cara pikir lama,
  2. Belajar untuk saling terbuka,
  3. Memahami cara kerja organisasi,
  4. Menyusun perencanaan, visi yang  dapat disepakati dan dipahami semua anggota,
  5. Bersinergi untuk melakukan aksi dalam rangka pencapaian visi organisasi.

Satu hal yang perlu ditambahkan pada karakteristik dasar organisasi pembelajar adalah bekerja secara sistemik karena keputusan dan tindakan-tindakan yang diambil dalam satu bagian organisasi akan mempengaruhi bagian Iain. Sejumlah karakteristik organisasi pembelajar yang dikemukakan para ahli perilaku organisasi dapat dijadikan referensi bagi pengelola organisasi yang ingin maju dan kompetitif. Organisasi pembelajaran tidak harus  bercirikan semua item sebagaimana tertera di atas, akan tetapi dapat mengembangkan sejumlah item yang sesuai dengan karakteristik organisasi yang dikembangkan dengan memperhatikan ketersediaan sumberdaya organisasi yang tersedia, baik human dan non human.

Kesimpulan
Organisasi pembelajar merupakan salah satu ciri organisasi abad 21 , karena organisasi demikian mampu menjawab tantangan yang dihadapi  sekaligus menjamin tercipnya kehidupan dan kelangsungan organisasi.  Organisasi yang mempunyai keunggulan inovasi layanan maupun produk, dimasa depan akan menjadi organisasi yang senantiasa menumbuhkan komitmen dan kapasitas belajar anggotanya pada semua tingkat organisasi.

Model organisasi pembelajar merupakan pendekatan yang relatif baru, kompleks dan terus menerus berkembang dalam aspek pemikiran dan pemahaman terhadap organisasi. Melihat kenyataan lingkungan organisasi terus mengalami perubahan, maka peran pemimpin tidak hanya berusaha menyesuaikan organisasi terhadap pergerakan inovasi di luar, akan tetapi pemimpin yang berhasil apabila mampu membawa organisasi sebagai referensi bagi institusi lainnya. Kreativitas dan inovasi muncul  dalam suasana yang kompetitif dan penuh konflik diantara anggota untuk berbuat lebih baik pada setiap kesempatan. Karena itu organisasi harus selalu belajar untuk melakukan perubahan yang terus menerus.


Referensi:

  • Braham, J.Barbara. 2003. Creating A Learning Organization. Jakarta: Penerbit: PT Alex Media Komputindo Gramedia.
  • Mukharomah, W. (2013). Strategi Mengelola Perubahan Melalui Learning Organisation Industri kecil dan Menengah Pada Industri Batik di Kota Surakarta. Proceeding Seminar nasional dan Call For papers Sancall, p. 110-122. Online, 14-07-2022, (https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/3832/11.%20Wafiatun%20Mukharomah.pdf;sequence=1) 
  • Paturisi. A. (2012). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: Rinika Cipta.
  • Senge, P.M. 1990. The Fifth Dicipline: The Art and Practice of Learning Organization. New York: Double D
  • Wahyudi. (2009). Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajaran (Learning Organiztion). Bandung: Alfabet.

Posting Komentar untuk "Pengertian dan Karakteristik Organisasi Pembelajaran di Sekolah"