KLASIFIKASI TES DALAM PSIKOLOGI

 Klasifikasi Tes Dalam Psikologi

Sebelum kita membicarakan secara khusus mengenai tes prestasi belajar yang menjadi topik pokok buku ini, ada baiknya kalau kita mengenal lebih dahulu berbagai macam klasifikasi atau penggolongan tes dalam Psikologi. Cronbach (1970) membagi tes menjadi dua kelompok besar, yaitu tes yang mengukur performansi maksimal (maximum performance) dan tes yang mengukur performansi tipikal (typical performance).

1. Tes yang Mengukur Performansi Maksimal

Tes jenis ini dirancang untuk mengungkap apa yang mampu dilakukan oleh seseorang dan seberapa baik ia mampu melaku kannya. Stimulus yang disajikan harus jelas struktur dan tujuannya sehingga subjek tahu betul arah jawaban yang dikehendaki. Pada gilirannya, jawaban subjek akan dipilahkan sebagai jawaban yang benar dan jawaban yang salah. Petunjuk pengerjaan harus dibuat sesederhana dan sejelas mungkin. Cara pemberian skornya pun seringkali diberitahukan pada subjek seperti juga batas waktu pengerjaannva. Dalam hal ini, hanya pendekatan dan strategi penyelesaian soalnya saja yang tidak diberitahukan pada subjek. Dalam penyajian tes yang mengukur performansi maksimal, individu yang dites selalu didorong untuk berusaha sebaik-baiknya agar memperoleh skor setinggi mungkin. Kesiapan, motivasi, keinginan berusaha, dan bahkan kondisi fisik subjek sangat menentukan keberhasilan dalam menghadapi tes jenis ini. Termasuk dalam tes jenis ini adalah tes inteligensi, tes bakat, tes prestasi belajar, tes profisiensi, dan berbagai tes kemampuan lainnya.

2. Tes yang Mengukur Performansi Tipikal

Tes jenis ini dirancang untuk mengungkap kecenderungan reaksi atau perilaku individu ketika berada dalam situasi-situasi tertentu. Jadi tujuan ukurnya bukanlah untuk mengetahui apa yang mampu dilakukan oleh seseorang melainkan apa yang cenderung ia lakukan. Tentu saja perilaku yang biasanya dilakukan oleh setiap orang dalam situasi tertentu akan berbeda-beda sesuai dengan pola kepribadiannya sendiri. Oleh karena itu jawaban terhadap pertanyaan dalam tes jenis ini tidak dapat dipilah sebagai benar atau salah melainkan didiagnosis menurut norma-norma tertentu.

Untuk mengungkap reaksi yang tipikal bagi setiap orang  maka stimulus dalam tes performansi tipikal biasanya dibuat  berstruktur ambiguous, yaitu memungkinkan untuk diinterpretasikan secara subjektif. Subjek tidak mengetahui bagaimana arah jawaban yang diharapkan darinya dan seperti apa jawaban yang terbaik. Dengan demikian akan terjadi reaksi projektif dari diri subjek yang dikenai tes kedalam bentuk respons (jawaban) yang diberikannya. Tergolong dalam kelompok tes yang mengukur performansi tipikal adalah tes yang mengungkap minat, sikap, dan berbagai bentuk skala-skala kepribadian. Ditinjau dari cara klasifikasi Iain, tes dapat pula dikelompokan sebagai tes yang mengungkap atribut kognitif dan tes yang mengungkap atribut non-kognitif. Diagram pada Gambar di bawah ini memperjelas cara klasifikasi.

Diangram Klasifikasi Tes Menurut Atribut yang Diungkap

Apabila dikaitkan dengan klasifikasi Cronbach, tes kognitif dalam diagram pada di atas adalah tes yang mengukur performansi maksimal dan tes non-kognitif adalah tes yang mengungkap performansi tipikal. Klasifikasi tes kognitif lebih jauh terurai menjadi tes yang mengungkap abilitas potensial dan yang mengungkap abilitas aktual.

Abilitas potensial merupakan atribut yang diasumsikan  sebagai suatu bentuk kemampuan bawaan (latent) yang belum tampak dalam performansi. Atribut bawaan ini terdapat dalam diri setiap individu dalam kadar yang berbeda-beda. Itulah yang menyebabkan tidak setiap orang memiliki potensi yang sama  dan tidak setiap orang memiliki kesempatan untuk mencapai performansi yang sama. Abilitas potensial yang berupa kemampuan menghadapi persoalan yang bersifat umum, yaitu menghendaki pengerahan.

strategi pemecahan masalah secara umum, populer dengan nama inteligensi. Secara khusus, disamping ada tes inteligensi umum yang menghasilkan informasi mengenai derajat inteligensi, terdapat pula tes yang mengungkap IQ. Angka IQ hanya dapat dihasilkan oleh tes yang memang disusun untuk mes ngukur IQ, tidak oleh setiap tes inteligensi. IQ sendiri pada dasarnya merupakan tingkatan inteligensi manusia akan tetapi sistem numerikalnya menghasilkan distribusi angka IQ yang tersebar secara normal dan terpilah secara lebih teliti.

Abilitas potensial yang dimiliki manusia ada juga yang bersifat sangat khusus, artinya merupakan kemampuan yang dapat dikembangkan hanya pada bidang-bidang tertentu. Inilah yang disebut aptitude atau bakat. Dimilikinya abilitas ini menjadikan seseorang mampu menghadapi dan memecahkan persoalan yang menghendaki cara dan strategi khusus. Namun untuk dapat tampak dalam performansi nyata, abilitas ini pun harus diberi kesempatan untuk berkembang dan dilatih. Aspek kognitif meliputi pula abilitas aktual, yaitu abilitas yang telah diterjemahkan dalam bentuk performansi nyata. Performansi nyata yang kita sebut dengan prestasi ini merupakan fungsi dari abilitas potensial dan hasil belajar. Inilah yang menjadi pokok bahasan kita.

Tes Prestasi Belajar

Benyamin S. Bloom dkk. membagi kawasan belajar yang mereka sebut sebagai tujuan pendidikan menjadi tiga bagian yaitu kawasan kognitif, kawasan afektif, dan kawasan psikomotor, Tes prestasi belajar, secara luas tentu mencakup ketiga kawasan tujuan pendidikan tersebut. Walaupun begitu, kita akan membatasi pembahasan kita secara khusus hanya pada kawasan kognitif saja dengan penekanan pada bentuk tes yang tertulis. Dengan demikian, istilah tes prestasi dalam buku ini mengacu pada tes prestasi belajar kawasan ukur kognitif dalam bentuk tertulis.

Tes prestasi belajar dibedakan dari tes kemampuan lain bila dilihat dari tujuannya, yaitu mengungkap keberhasilan seseorang dalam belajar. Tujuan ini membawa keharusan dalam konstruksinya untuk selalu mengacu pada perencanaan program belajar yang dituangkan dalam silabus masing-masing materi pelajaran. Sebagaimana halnya pada bentuk-bentuk tes yang lain, hakikat penyelenggaraan testing sebenarnya adalah usaha menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Dalam kaitannya dengan tugas seorang tenaga pengajar, tes prestasi belajar merupakan salah satu alat pengukuran dibidang pendidikan yang sangat penting artinya sebagai sumber informasi guna pengambilan keputusan.

Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap performansi maksimal subjek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal di kelas, tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan-ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.

Seorang tenaga pengajar haruslah mengetahui dasar-dasar penyusunan tes prestasi belajar yang baik agar dapat memperoleh hasil ukur yang akurat (valid) dan dapat dipercaya (reliabel). Dia harus pula mengetahui aspek-aspek penggunaannya yang layak di kelas, mengetahui cara-cara pemberian angka, dan yang paling penting adalah mengetahui pula cara interpretasi hasil pengukuran tersebut.

Tes Prestasi dalam Sistem Pendidikan

Dalam proses pendidikan dan pengajaran setiap saat akan  selalu ada situasi yang memerlukan pengambilan keputusan. Setiap orang yang terlibat dalam proses pendidikan pada suatu ketika akan harus mengambil suatu bentuk keputusan pendidikan, yaitu keputusan-keputusan yang menyangkut berbagai hal dalam pendidikan sebagai suatu sistem. Hal tersebut akan tampak lebih jelas dalam sistem pendidikan formal, baik  di perguruan tinggi ataupun di tingkat-tingkat pendidikan menengah dan dasar.

Diantara keputusan-keputusan pendidikan itu, dapat berupa keputusan didaktik yang diperlukan guna memenuhi kebutuhan pengajaran seperti misalnya keputusan yang nyangkut ketepatan kurikulum yang berlaku. Keputusan pendidikan dapat berupa keputusan administratif guna memenuhi kebutuhan administrasi seperti misalnya keputusan mengenai nilai yang hendak diberikan pada subjek atau keputusan mengenai kelulusan. Keputusan pendidikan dapat pula berupa keputusan bimbingan penyuluhan guna memberikan bimbingan dałam penjurusan dan penentuan karir.

Apapun bentuknya, agar suatu keputusan pendidikan menjadi bermanfaat haruslah didasari oleh informasi-informasi yang tepat, akurat, dan reliabel yang berkaitan dengan permasalahannya. Sebagai contoh, keputusan untuk memberikan nilai tertentu terhadap hasil ujian mahasiswa tidaklah dapat dilakukan semata-mata berdasarkan pertimbangan subjektif dosen dikarenakan pertimbangan subjektif adalah tidak akurat dan tidak relevan dałam penilaian prestasi belajar mahasiswa. Untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada mahasiswa mengenai jurusan atau pelajaran yang akan diambilnya dałam suatu program studi, tidaklah dapat disandarkan hanya pada keinginan dan minat si mahasiswa itu saja akan tetapi haruslah pula didasari oleh informasi lain mengenai bakat dan kemampuannya.

Seorang tenaga pengajar, baik sebagai guru maupun sebagai dosen, merupakan salah-satu komponen terpenting dałam sistem pendidikan. Pentingnya fungsi tenaga pengajar tidak saja dikarenakan ia harus berdiri langsung berhadapan dengan para anak didik dałam menyampaikan bahan pelajarannya, tidak saja karena ia adalah yang paling berperanan dałam kelancaran proses mengajar belajar, akan tetapi karena dialah yang akan paling banyak membuat keputusan-keputusan pendidikan yang pada gilirannya akan banyak menentukan arah dan kemajuan belajar anak didiknya. Oleh karena itu seorang tenaga pengajar haruslah dapat menentukan mana informasi yang relevan dan akurat dałam setiap keputusan yang harus diambilnya.

Dapatlah dikatakan bahwa informasi yang paling besar sumbangannya dałam kelayakan suatu keputusan Pendidikan umumnya diperoleh dari pengukuran dan penilaian pendidikan atau secara lebih spesifik diperoleh dari tes prestasi belajar. Berbagai macam keputusan pendidikan itu menempatkan tes prestasi belajar dalam beberapa fungsi yaitu fungsi penempatan (placement), fungsi formatif, fungsi diagnostik, dan fungsi  sumatif.

Fungsi penempatan adalah penggunaan hasil tes prestasi  belajar untuk klasifikasi individu kedalam bidang atau jurusan yang sesuai dengan kemampuan yang telah diperlihatkannya pada hasil belajar yang telah lalu, Contoh yang paling jelas untuk fungsi ini adalah penggunaan nilai rapor kelas 2 sekolah  menengah untuk menentukan jurusan studi di kelas 3.

Fungsi formatif adalah penggunaan hasil tes prestasi belajar guna melihat sejauh mana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu program pelajaran. Dalam hal ini hasil  tes prestasi merupakan umpan-balik (feed back) kemajuan belajar dan karena itu biasanya tes diselenggarakan di tengah jangka  waktu suatu program yang sedang berjalan. Hasil tes formatif  dapat menyebabkan perubahan kebijaksanaan mengajar atau belajar, bila perlu. Contoh tes prestasi yang berfungsi formatif  adalah ujian tengah semester di perguruan tinggi atau tes hasil belajar (THB) di setiap catur wulan atau setiap semester di sekolah-sekolah tingkat menengah dan dasar.

Fungsi diagnostik dilakukan oleh tes prestasi apabila hasil  tes yang bersangkutan digunakan untuk mendiagnosis kesukaran-kesukaran dalam belajar, mendeteksi kelemahan-kelemahan siswa yang dapat diperbaiki segera, dan semacamnya.

Fungsi sumatif adalah penggunaan hasil tes prestasi untuk memperoleh informasi mengenai penguasaan pelajaran yang telah direncanakan sebelumnya dalam suatu program pelajaran Tes sumatif merupakan pengukuran akhir dalam suatu program dan hasilnya dipakai untuk menentukan apakah siswa dapat dinyatakan lulus dalam program pendidikan tersebut atau apakah siswa dinyatakan dapat melanjutkan ke jenjang program yang lebih tinggi. Suatu tes prestasi sumatif pada program tertentu dapat dipandang sebagai tes yang berfungsi formatif bagi suatu proses pengajaran yang lebih luas yang merupakan rangkaian program-program pengajaran bertahap. Contohnya, tes sumatif di kelas untuk menentukan kenaikan kelas yang sekarang dikenal dengan nama EBTA dapat dipandang sebagai memiliki fungsi formatif bagi rangkaian pendidikan di sekolah tingkat lanjutan atas.

Dengan demikian dapatlah difahami kedudukan tes prestasi sebagai salah-satu sumber penting dalam pengambilan keputusan pendidikan. Selanjutnya akan dibahas berbagai hal yang dapat diharapkan dan tidak dapat diharapkan dari suatu tes prestasi belajar.


Daftar Pustaka:

  • Saifudin Azwar. (2016). Tes Prestasi, Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Posting Komentar untuk "KLASIFIKASI TES DALAM PSIKOLOGI"