Pengertian Metode Pengajaran Kooperatif: Ciri, Tujuan, Komponen, Langkah, Manfaat, Kelemahan, Serta Tipe Pengajarannya

Pengertian Metode Pengajaran Kooperatif: Ciri, Tujuan, Komponen, Langkah, Manfaat, Kelemahan, Serta Tipe Pengajarannya

Metode pengajaran kooperatif adalah rangkaian pengajaran yang dilakukan oleh murid pada kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Pada kegiatan pengajaran sangat penting memperhatikan tipe pembelajarn yang digunakan. Namun sekarang masih banyak guru yang mengajar tanpa memperhatikan tipe pengajaran yang digunakannya. Sehingga, pengajaran terasa membosankan bagi murid. Supaya murid tertarik pada mengikuti kegiatan pengajaran maka pendidik perlu memahami karakteristik murid sehingga sesuai pada menetuakan model pengajaran yang digunakan.

Pengajaran Kooperatif

Penulis tertarik untuk membahas tentang apa itu pengajaran kooperatif, karakteristik pengajaran kooperatif, unsur pengajaran kooperatif, tujuan pengajaran kooperatif, Langkah pengajaran kooperatif, manfaat pengajaran kooperatif, kelemahan pembelajarn kooperatif, tipe pengajaran kooperatif.


Daftar Isi

  1. Pengertian Pengajaran Kooperatif
  2. Ciri Pengajaran Kooperatif
  3. Komponen Pengajaran Kooperatif
  4. Tujuan Pengajaran Kooperatif
  5. Langkah-langkah Pengajaran Kooperatif
  6. Manfaat Pengajaran Kooperatif
  7. Kelemahan Pengajaran Kooperatif
  8. Tipe-tipe Metode Pengajaran Kooperatif
  9. Kesimpulan

Pengertian Pengajaran Kooperatif
Pengajaran koperatif menurut para ahli adalah sebagai berikut:
  1. Slavin pada Isjoni (2009:15) pengajaran kooperatif adalah suatu metode pengajaran dimana murid belajar serta bekerja pada kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen.
  2. Sunal serta Hans pada Isjoni (2009) mengemukakan bahwa pengajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada murid agar bekerja sama selama proses pengajaran.
  3. Stahl pada Isjoni (2009) menyatakan pengajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar murid lebih baik serta meningkatkan sikap saling tolong-menolong pada perilaku sosial.
  4. Nurhadi (2003) pengajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didasarkan pada alasan bahwa manusia sebagai makhluk individu yang berbeda satu sama lain sehingga konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan sesama.
  5. Abdurrahman serta Bintoro (2000) pada Nurhadi (2003) menyatakan pengajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen pada pengajaran kooperatif adalah asertaya (1) saling ketergantungan positif, (2) interaksi tatap muka, (3) akuntabilitas individual, serta (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antara pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan.
Jadi, metode pengajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh murid pada kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Pola belajar kelompok dengan cara kerjasama antar murid dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu serta meningkatkan kreativitas murid, pengajaran juga dapat mempertahankan nilai sosial bangsa Indonesia yang perlu dipertahankan. Ketergantungan timbal balik mereka memotivasi mereka untuk dapat bekerja lebih keras untuk keberhasilan mereka, hubungan kooperatif juga mendorong murid untuk menghargai gagasan temannya bukan sebaliknya.

Ciri Pengajaran Kooperatif
Menurut Ibrahim (2000) pengajaran kooperatif mempunyai karakteristik :
  1. Murid bekerja pada kelompok untuk menuntaskan materi belajar
  2. Kelompok dibentuk dari murid yang memiliki keterampilan tinggi, sesertag serta rendah.
  3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, serta jenis kelamin yang berbeda.
  4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
Sedangkan menurut Isjoni (2009:27) memaparkan beberapa ciri-ciri pengajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
  1. Setiap anggota memiliki peran;
  2. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara murid;
  3. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya serta juga teman-teman sekelompoknya;
  4. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok;
  5. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pengajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan Slavin (Isjoni, 2009) adalah penghargaan kelompok, pertanggung jawaban individu, serta kesempatan yang sama untuk berhasil.

a. Penghargaan kelompok
Pengajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok pada menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, serta saling peduli.

b. Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pengajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yanng saling membantu pada belajar. Asertaya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes serta tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.

c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pengajaran kooperatif memanfaatkan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh murid dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap murid baik yang berprestasi rendah, sesertag, atau tinggi samasama memperoleh kesempatan untuk berhasil serta melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

Komponen Pengajaran Kooperatif
Roger serta Johnson (2003) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap coopartive learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur pada metode pengajaran kooperatif harus diterapkan.

Lima unsur tersebut adalah sebagai berikut;
1. Saling ketergantungan positif
Unsur ini menunjukkan bahwa pada pengajaran kooperatif ada dua pertanggung jawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.

2. Tanggung jawab perseorangan
Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pengajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat.
Tanggungjawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.

3. Interaksi promosi
Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah saling membantu secara efektif serta efisien, saling memberikan informasi serta sarana yang diperlukan, memproses informasi bersama secara lebih efektif serta efisien, saling mengingatkan, saling membantu pada merumuskan serta mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi, saling percaya, serta saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

4. Komunikasi antara murid
Untuk mengkoordinasikan kegiatan murid pada pencapaian tujuan murid harus adalah saling mengenal serta mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat serta tidak ambisius, saling menerima serta saling mendukung, serta mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.

5. Pemrosesan kelompok
Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok serta kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang sangat membantu serta siapa yang tidak
membantu.

Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota pada memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua tingkat pemrosesan adalah kelompok kecil serta kelas secara keseluruhan.

Thompson (Isjoni,2009:17) mengemukakan bahwa pengajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pengajaran. Di pada pengajaran kooperatif murid belajar Bersama pada kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun pada kelompok yang terdiri dari 4-5 murid dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogeny adalah terdiri dari campuran kemampuan murid, jenis kelamin, serta suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih murid menerima perbedaan serta bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya.

Tujuan Pengajaran Kooperatif
Slavin (2005) mengemukakan tujuan yang paling penting dari metode pengajaran kooperatif adalah untuk memberikan murid pengetahuan, konsep, kemampuan, serta pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia serta memberikan kontribusi.

Wisenbaken (Slavin, 2005) mengemukakan bahwa tujuan metode pengajaran kooperatif adalah menciptakan norma-norma yang proakademik di antara murid, serta norma-norma pro-akademik memiliki pengaruh yang amat penting bagi pencapaian murid. Sesertagkan tujuan pengajaran kooperatif secara umum adalah:
  1. Hasil belajar akademik, adalah untuk meningkatkan kinerja murid dalm tugas-tugas akademik. Pengajaran metode ini dianggap unggul pada membantu murid pada memahami konsep-konsep yang sulit.
  2. Penerimaan terhadap keragaman, adalah agar murid menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang.
  3. Pengembangan keterampilan social, adalah untuk mengembangkan keterampilan social murid diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, serta bekerja pada kelompok.
Langkah-Langkah Pengajaran Kooperatif
Suprijono (2009) memaparkan sintak metode pengajaran kooperatif terdiri dari enam fase sebagai berikut:

a. Fase pertama
Menyampaikan tujuan serta mempersiapkan murid. Guru mengklasifikasi maksud pengajaran kooperatif. Hal ini penting untuk dilakukan karena murid harus memahami dengan jelas prosedur serta aturan pada pengajaran.

b. Fase kedua
Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik.

c. Fase ketiga
Guru perlu menjelaskan bahwa murid harus saling bekerja sama di pada kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan tujuan kelompok. Tiap anggota kelompok memiliki akuntabilitas individual untuk mendukung tercapainya tujuan kelompok. Pada fase ketiga ini terpenting jangan sampai ada free-rider atau anggota yang hanya menggantungkan tugas kelompok kepada individu lainnya.

d. Fase keempat
Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang tugas-tugas yang dikerjakan murid serta waktu yang dialokasikan. Pada fase ini bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau meminta beberapa murid mengulangi hal yang sudah ditunjukkan.

e. Fase kelima
Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang konsisten dengan tujuan pengajaran.

f. Fase keenam
Guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada murid. Variasi struktur reward dapat dicapai tanpa tergantung pada apa yang dilakukan orang lain. Struktur reward kompetitif adalah jika murid diakui usaha individualnya berdasarkan perbandingan dengan orang lain. Struktur reward kooperatif diberikan kepada tim meskipun anggota tim-timnya saling bersaing.

Manfaat Pengajaran Kooperatif
Sadker (Miftahul, 2011) menyimpulkan beberapa kegunaan pengajaran kooperatif. Selain itu, meningkatkan keterampilan kognitif serta afektif murid, pengajaran kooperatif juga memberikan manfaat-manfaat besar lain seperti berikut ini.
  1. Murid yang diajari dengan serta pada struktur-struktur kooperatif akan memperoleh hasil pengajaran yang lebih tinggi;
  2. Murid yang berpartisipasi pada pengajaran kooperatif akan memiliki sikap harga-diri yang lebih tinggi serta motivasi yang lebih besar untuk belajar;
  3. Dengan pengajaran kooperatif, murid menjadi lebih peduli pada teman-temannya, serta di antara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif (interdependensi positif) untuk proses belajar mereka nanti;
  4. Pengajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan murid terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras serta etnik yang berbeda-beda.
Kelemahan Pengajaran Kooperatif
Kelemahan pengajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, adalah faktor dari pada (intern) serta faktor dari luar (ekstern). Faktor dari pada adalah sebagai berikut:
  1. Guru harus mempersiapkan pengajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran serta waktu;
  2. Agar proses pengajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat serta biaya yang cukup memadai;
  3. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topic permasalahan yang sesertag dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan;
  4. Saat diskusi kelas, terkasertag didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan murid yang lain menjadi pasif.
Tipe-Tipe Metode Pengajaran Kooperatif
Metode pengajaran kooperatif menurut Slavin (2009:11-26) ada berbagai macam tipe, adalah Student Teams-Achievement Division (STAD), Team Game Tournament (TGT), Jigsaw, Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Team Assisted Individualization (TAI), Group Investigation, Learning Together, Complex Instruction, serta Structure Dyadic Methods.

1. STAD (Student Teams Achievement Divisions).
Metode pengajaran kooperatif tipe STAD yang digunakan untuk mendukung serta memotivasi murid mempelajari materi secara berkelompok. Tipe STAD dikembangkan oleh Slavin (1995) serta merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada asertaya aktivitas serta interaksi diantara murid untuk saling memotivasi serta saling membantu pada menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Pada proses pengajaran kooperatif tipe STAD, melalui lima tahap adalah penyampaian materi, kerja kelompok, tes individu, tahap perhitungan skor perkembangan individu, serta konfirmasi.

2. Team Games Tournament (TGT).
Pada pengajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT), murid dikelompokkan pada kelompok-kelompok kecil beranggotakan empat murid yang masing-masing anggotanya melakukan turnamen pada kelompoknya masing-masing. Pemenang turnamen adalah murid yang paling banyak menjawab soal dengan benar pada waktu yang paling cepat.

3. Jigsaw
Tipe ini pertama kali dikembangkan oleh Aronson dkk. Murid dibentuk menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4-6 murid serta diberikan satu materi. Kelompok ini disebut kelompok asal. Setiap murid diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pengajaran tersebut. Semua murid dengan materi pengajaran yang sama belajar bersama pada kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG).

Pada kelompok ahli, murid mendiskusikan bagian materi pengajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok jigsaw (gigi gergaji).

4. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).
Tipe CIRC pada metode pengajaran kooperatif merupakan tipe pengajaran yang diadaptasikan dengan kemampuan murid, serta pada proses pengajarannya bertujuan membangun kemampuan murid untuk membaca serta menyusun rangkuman berdasarkan materi yang dibacanya.

5. TAI (Team Assisted Individualization)
Metode Pengajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization) ini dikembangkan oleh Slavin. Menurut Slavin (2005) tipe ini mengkombinasikan keunggulan pengajaran kooperatif serta pengajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar murid secara individual. 

Oleh karena itu kegiatan pengajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada metode pengajaran TAI ini adalah setiap murid secara individual belajar materi pengajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan serta saling dibahas oleh anggota kelompok, serta semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.

6. Group Investigation.
Dikembangkan oleh Sharan (1992), pada metode ini murid dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen untuk mendiskusikan suatu materi. Materi setiap kelompok berbeda-beda. Setelah diskusi selesai setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil yang telah didiskusian oleh kelompok.

7. Learning Together
David serta Roger Johnson dari Universitas Minnesota mengembangkan metode learning together dari pengajaran kooperatif (Johnson and Johnson & Smith,1991). Murid dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen kemudian mengerjakan lembar tugas yang telah disediakan. Tipe ini menekankan tanggung jawab individual serta juga pengembangan kelompok. Hasil kerja kelompok adalah penyelesaian tugas serta menerima penghargaan berupa pujian berdasarkan hasil kerja
kelompok.

8. Complex Instruction
Dikembangkan oleh Eisabeth cohen (1986) serta teman-temannya di Universitas Stanford. Fokus utama dari tipe ini adalah memanfaatkan seluruh kemampuan murid. Pada tipe complex instruction, peran serta keterampilan guru pada mengelola kelas sangat penting untuk membantu semua murid agar berhasil pada pengajaran. Tipe ini biasanya digunakan pada pengajaran dengan dua bahasa.

9. Structure Dyadic method
Pada metode ini, murid bekerja pada kelompok yang terdiri dari 4 murid yang dianggap dapat saling bekerja sama. Kelompok satu dengan kelompok lainnya saling memberikan serta menerima pengajaran. Jadi, selain sebagai pembelajar,murid juga berperan sebagai guru (pengajar) bagi temannya (Sertasereau,1998).

Selain tipe-tipe metode pengajaran kooperatif menurut Slavin, masih terdapat beberapa metode pengajaran kooperatif yang dikenal serta sering digunakan saat ini. Beberapa tipe pengajaran tersebut adalah:

1. Cycle (Daur Belajar)
Learning Cycle merupakan tipe pengajaran yang memiliki lima tahap pengajaran, adalah: (1) tahap pendahuluan (engage), (2) tahap eksplorasi (exploration), (3) tahap penjelasan (explanation), (4) tahap penerapan konsep (elaboration), serta (5) tahap evaluasi (evaluation).

2. Kooperative Script (CS)
Metode pengajaran ini dikemukakan oleh Sertasereau dkk (1985). Pada tipe pengajaran Cooperative Script murid berpasangan serta bergantian secara lisan menjelaskan bagian-bagian dari materi yang
dipelajari.

3. Make a match (Mencari Pasangan)
Dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah murid mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik pada suasana yang menyenangkan.

4. PBL (Problem Base Learning)
PBL (Problem Based Learning) adalah suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata. Murid belajar tentang cara berpikir kritis serta keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan serta konsep yang esensial dari materi pelajaran.

5. Two Stay Two Stray ( Dua Tinggal - Dua Tamu)
Metode ini diajukan oleh Spencer Kagan (1992). Metode ini memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil serta informasi kepada kelompok lainnya.

6. Inside Outside Circle (IOC)
Dikemukakan oleh spencer Kagan, dimana pada pengajaran ini murid saling berbagi informasi dengan pasangan yang berbeda-beda secara singkat serta teratur.

7. Think-Pair-Share (Berpikir - Berpasangan - Membagikan)
Dikemukakan oleh Frank Lyman (1985). Metode pengajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share merupakan salah satu metode pengajaran kooperatif yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi (hafalan) serta diskusi perlu diselenggarakan pada kelompok kelas secara keseluruhan.

Think-Pair-Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi murid waktu yang banyak untuk berpikir, menjawab, serta saling membantu satu sama lain. Dari cara seperti ini diharapkan murid mampu bekerja sama, saling membutuhkan, serta saling tergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.

8. Picture and Picture
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar pada proses pengajaran adalah dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan murid mampu berpikir dengan logis sehingga pengajaran menjadi bermakna.

Kesimpulan
Metode pengajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh murid pada kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Pola belajar kelompok dengan cara kerjasama antar murid dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu serta meningkatkan kreativitas murid, pengajaran juga dapat mempertahankan nilai sosial bangsa Indonesia yang perlu dipertahankan.

Ketergantungan timbal balik antar murid dengan kelompoknya, maupun kelompok dengan kelompok, dapat memotivasi mereka untuk dapat belajar lebih keras untuk keberhasilan mereka. Hubungan kooperatif juga mendorong murid untuk menghargai gagasan temannya bukan sebaliknya.

Posting Komentar untuk "Pengertian Metode Pengajaran Kooperatif: Ciri, Tujuan, Komponen, Langkah, Manfaat, Kelemahan, Serta Tipe Pengajarannya"