Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

PSIKOLOGI OLAHRAGA

 Pisikologi Olahraga

A. Hakikat Psikologi Olahraga

Psikologi olahraga adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku dan pengalaman manusia berolahraga dalam interaksi dengan manusia lain dan dalam situasi-situasi sosial yang merangsang.  (Setyobroto, 2002). Psikologi. Sebelum abad 19, ketika psikologi dipertimbangkan sebagai bagian dari ilmu filsafat, psikologi yang secara etimologis berasal dar bahasa Yunani “psyche” yang berarti “mind”, “soul”, “jiwa”, dan “logos” yang berarti “study”, “ilmu” dimaknai sebagai studi tentang jiwa atau ilmu tentang perilaku. Baru pada akhir abad 19 Psikologi tampil sebagai disiplin ilmu tersendiri (independent), dengan sendirinya terjadi redefinisi tentang psikologi berupa perluasan maknawi, sehingga psikolog diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari semua aspek tingkah laku manusia (kognitif, psikomotor dan afektif) ditinjau dari semua sudut dan menyajikan prinsip-prinsip elementer, esensial dan universal. Psikologi mempersoalkan inti dari jiwa manusia dan nilainya bagi manusia, dengan begitu mempelajari psikologi berarti mempelajari seluk beluk gejala tingkah laku dan pengalaman manusia guna memperoleh pemahaman yang lebih.

Olahraga. Hingga kini olahraga kian meluas dan rnemiliki makna sebagai sebuah fenomena yang bersifat global (Simon, 1985), mencakup wilayah kajian hampir seluruh sendi-sendi kehidupan manusia. Menyentuh dan disentuh bidang-bidang lain seperti: pendidikan, ekonomi, politik, sosial budaya, psikologi, sosiologi, fisiologi dll. Luasnya wilayah kajian olahraga adalah pangkal yang menggiring banyak pihak memberikan tilikan yang berlainan tentang olahraga. Namun demikian, yang terpenting adalah olahraga dipandang sebagai perilaku gerak manusia yang bersifat universal. Perilaku gerak yang tidak hanya berorientasi pada tujuan fisik semata, namun juga aspek psikhis. Olahraga sebagai perilaku gerak manusia adalah media untuk mengekspresikan “body and mind” secara harmonis. Untuk itu, olahraga sebagai aktivitas yang memunculkan tingkah laku, tentunya tidak dapat disegregasi dari aspek-aspek psikhis yang mendasarinya.

Psikologi Olahraga

Faktor psikhis berupa struktur dan fungsi-fungsi kepribadian seperti motivasi, emosi, percaya diri, disiplin, kecemasan, ketegangan, pembinaan kelompok, interaksi sosial dll. Memainkan peranan yang amat penting dalam mendulang prestasi olahraga. Memahami kepentingan faktor ini dalam olahraga, sejak puluhan tahun yang lalu telah mendorong banyak pihak untuk merintis dibukanya gerbang kajian khusus untuk dipelajari dan diterapkan yakni psikologi olahraga. Kiranya jelas, psikologi dapat dimanfaatkan untuk membantu mencetak atlet-atlet berprestasi dan dalam konteks pendidikan jasmani dan olahraga psikologi diamalkan untuk membantu pencapaian prestasi belajar yang optimal.

B. Batasan Pengertian Psikologi Olahraga

Perkembangan ilmu pengetahuan semakin pesat, ditandai oleh berkembangnya beberapa cabang ilmu pengetahuan. Psikologi olahraga merupakan salah satu hasil perkembangan dari psikologi umum. Khostamm (1951) menjelaskan bahwa medan kajian psikologi adalah mempelajari tingkah laku manusia dalam keadaan tertentu, misalnya manusia dalam keadaan panik dipelajari oleh ilmu psikologi massa, atau manusia dalam proses produksi misalnya dipelajari dalam psikologt industri. Sejalan dengan perkembangan keolahragaan, maka untuk mempelajari tingkah laku dan pengalaman manusia yang berolahraga dikembangkan dan diterapkan psikologi olahraga.

Batasan dan pengertian psikologi olahraga, salah satunya dikemukakan oleh John D.Lawther, seorang Guru Besar Pendidikan jasmani dari  Pensylvania State University yaitu “Sport Psychology is the study of human behavior in sport situation. It focuses on both learning and performance, and considers both participants and spectator”. Maksudnya, psikologi olahraga adalah studi tentang tingkah laku manusia dalam situasi olahraga. Fokus kajiannya adalah pada belajar dan performa, dan memperhitungkan baik pelaku maupun penonton. Rohrerdan Sherif (1950) dalam penelitiannya di Connecticut Utara pada Tahun 1949 membuktikan bahwa individu memberikan reaksi yang berbeda antara situasi ia sebagai anggota kelompok dengan situasi ia sebagai individu.

Dijelaskan lebih lanjut bahwa pendapat, persepsi, dan motif dalam situasi tersebut juga tergantung pada struktur kelompok dan situasi kelompok tempat individu tersebut bergabung. Menurut Sherif (1965) manusia dalam berinteraksi dengan manusia lain selalu berhubungan dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Lingkungan sekitar tersebut dapat berupa situasi sosial yang merangsangnya. Dalam kegiatan olahraga, interaksi yang terjadi di antara atlet dengan pelatihnya, dan antara atlet dengan anggota tim lainnya menimbulkan dampak psikologis tertentu. Semua hal tersebut tidak boleh diabaikan datam mempelajari gejala psikologis dalam olahraga.

C. Objek Studi Psikologi Olahraga

Psikologi olahraga merupakan objek studi yang baru dalam perkembangan psikologi, sejalan dengan perkembangan psikologi terapan dalam berbagai bidang kehidupan. Robert Singer dari Florida State University menegaskan bahwa psikologi olahraga adalah terapan atau psikologi yang diterapkan terhadap olahragawan atau atlet dan situasi- situasi olahraga. Objek studi psikologi pada umumnya adaiah gejala kejiwaan yang dikaji dari tingkah laku dan pengalaman individu. Psikologi olahraga tumbuh dan berkembang menjadi cabang dari psikilogi umum karena adanya gejala-gejala khusus yang perlu mendapat perhatian dan dapat dijadikan sebagai  objek studi psikologi.

Chorus (1953) membedakan pengertian objek material dan objek formal. Objek material ilmu sosial adalah gejala sosial misalnya gejala yuridis dipelajari ilmu hukum, gejala produksi, distribusi dan konsumsi dipelajari ilmu ekonomi. Di samping itu ilmu yang satu dengan lainnya dapat dibedakan karena adanya perbedaan objek formalnya atau sudut pandangnya. Psikologi umum menyelidiki manusia sebagai individu, sedangkan psikologi sosial menyelidiki manusia sebagai anggota kelompok dan anggota masyarakat. Perkembangan psikologi olahraga ditandai oleh upaya yang  cukup banyak dalam mengkaji gejala dalam situasi olahraga yang perlu dikaji oleh para akhli psikologi olahraga, di antaranya adalah motivasi berolahraga, belajar gerak (motor learning), kematangan emosi, kebosanan, stress, kecemasan, frustasi, atribusi, arousal, agresivitas,  mental training, penampilan puncak, dan sebagainya.

D. Peran Psikologi Olahraga

Sesuai tujuan eksplanatif yang ingin dicapai, maka psikologi olahraga dapat memperdalam dan mengembangkan teori-teori yang berhubungan dengan tingkahlaku dan pengalaman dalam olahraga. Dengan demikian dapat lebih memahami dan men. jelaskan gejala-gejala dalam olahraga, misalnya:

  1. Timbulnya motivasi, terjadinya perubahan motivasi pada atlit, perkembangan sikap, self-immage, serta self concept.
  2. Stabilitas emosional, kematangan emosional, ketahanan mental, mental training, dan sebagainya.
  3. Terjadinya boredom. akbat-akibat yang dapat terjadi karena physical fatigue, mental fatigue, serta staleness yang dialami atlet.
  4. Masalah stress, overstress threshold, dan upaya-upaya relaksasi.
  5. Masalah anxiety, terjadinya frustrasi serta hubungannya dengan tindakan agresif dan sebagainya.

Sesuai tujuan prediktif yang ingin dicapai, maka psikologi olahraga perlu dikembangkan dengan penehtian-penehtian sehingga dapat meramatkan kemungkinan gejala-gejala yang dapat terjadi dalam olahraga, misalnya:

  1. Akbat stress terhadap atlet dengan sifat-sifat kepribadian yang berbeda-beda (individual differences).
  2. Gejala-gejala psikologis yang dapat terjadi pada atlet yang beberapa kali mengalarni kegagalan.
  3. Gejala timbulnya psychological instability serta kemungkinan-kemungkinan akibatnya.
  4. Atas dasar pengamatan dan analisis deduktif (konseptual) meramalkan kemungkinan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan prestasi atlet, misalnya: motif berprestasi, percaya diri sendiri, disiplin, rasa tanggungjawab, rasa harga diri, kematangan emosi, memiliki konsepdiri yang mantap, dan sebagainya.

Hasil suatu prediksi yang bersifat konseptual (spekulatif) masih perlu diteliti lebih lanjut kebenarannya. Misalnya untuk menetapkan faktor-faktor yang betul-betul berpengaruh dan menentukan prestasi atlet perlu diteliti dengan analisis faktor. Sesuai tujuan ilmu pengetahuan yang ingin melakukan kontrol maka psikologi olahraga perlu ditunjang dengan teknik pengumpulan data dan pemahaman gejala psikologis, serta penguasaan teknik-teknik perlakuan yang perlu diberikan untuk menghindarkan akibat-akibat negatif, misalnya dalam menghadapi:

  1. Kemungkinan terjadinya anxiety atau frustrasi dan upaya-upaya mengatasinya.
  2. Merosotnya motivasi berlatih dan bertanding, serta teknik-teknik memelihara motivasi dan menumbuhkan motivasi yang lebih kuat.
  3. Gejala over-confidence dan cara-cara mengatasinya.
  4. Timbulnya prejudice (prasangka) dalam satu team yang mengakibatkan hubungan yang disharmonis, serta usaha-usaha mengatasinya.

E. Manfaat Psikologi Olahraga

Manfaat mempelajari psikologi olahraga tidak sama bagi atlet,pelatih atau bagi masyarakat pada umumnya. Manfaat mempelajari psikologi dapat dikaitkan dengan tujuan mengembangkan ilmu pengetahuan. Menurut Kerlinger (1975) tujuan ilmu pengetahuan meliputi: “Explanation, understanding, prediction, dan control”. Explanation dan understanding kiranya dapat dijadikan satu, sehingga tujuan ilmu pengetahuan meliputi: (1)  eksplanatif, (2) prediktif, dan (3) kontrol

Tujuan eksplanatif, yaitu menjelaskan dan memahami gejala tingkahlaku dan pengalaman manusia berolahraga sangat perlu karena tindakan dan perbuatan yang tampak pada hakekatnya tidak dapat terlepas dari sikap (attitude) yang tidak tampak yang didorong oleh banyak faktor-faktor psikologik lainnya, seperti sifat-sifat pribadi individu, motif, pemikiran, perasaan, pengalaman dan juga situasi sekitar. Jelaslah untuk dapat memahami berbagai tingkahlaku manusia berolahraga pemanfaatan psikologi olahraga sangat diperlukan.

Tujuan untuk membuat prediksi, yaitu meramalkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dalam olahraga perlu sehingga lebih siap menghadapi  hal-hal yang mungkin terjadi. Prediksi yang tepat, didasarkan atas fakta-fakta atau pengalaman empirik dan analisis deduktif dengan menerapkan teori-teori yang tepat. Untuk dapat membuat prediksi yang tepat perlu ditunjang dengan pengetahuan tentang test, pengukuran (measurement), dan evaluasi. Ketepatan suatu prediksi dapat  dilakukan melalui analisis induktif dan analisis deduktif sekaligus.

Tujuan untuk mengontrol, yaitu mengendalikan gejala-gejala tingkahlaku dalam olahraga yang dapat menjurus ke hal-hal yang tidak menguntungkan perkembangan subjek, dalam hal ini kalau perlu dapat mengadakan tindakan perlakuan untuk menanggulanginya. Untuk dapat mengontrol gejala tingkahlaku yang dapat berakibat negatif perlu ditunjang data yang akurat dan kesimpulan yang tepat, serta penguasaan teknik-teknik perlakuan.

F. Manfaat Psikologi Olahraga Bagi Pelatih

Sudah barang tentu pelatih olahraga tidak perlu memahami semua hal yang berhubungan dengan tujuan dan peranan ilmu pengetahuan khususnya psikologi olahraga, karena tugas pelatih yang utama adalah melatih dengan sebaik-baiknya Pengetahuan dan pemahaman psikologi olahraga bagi pelatih diharapkan dapat menunjang tugas pokoknya. Adapun manfaat pelatih olahraga rnempelajari psikologi olahraga, yaitu tara lain:

  1. Untuk memahami gejala-gejala psikologik yang terjadi pada manusia berolahraga (atlet).
  2. Untuk dapat memahami faktor-faktor psikologik yang dapat mempengaruhi peningkatan atau merosotnya prestasi atlet.
  3. Untuk mempelajari kemungkinan penerapan teori-teori psikologi olahraga dalam usaha pembinaan atlet, antara lain dalam pembinaan mental (mental training).
  4. Untuk mempelajari hasil-hasil penelitian psikologi olahraga, sebagai bahan banding serta kemungkinan penerapannya dalam kepelatihan.

Mengingat besarnya manfaat mempelajari psikologi olahraga yang dapat dipetik tersebut, maka menjadi tugas para ahli psikologi untuk mengamalkan pengetahuan, sehingga dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan kepelatihan olahraga di Indonesia. Pengembangan psikologi olahraga memerlukan bantuan dari: psikologi kepribadian, psiko-fisiologi, psiko-diagnostik, psikologi pendidikan, psikologi sosial.


Daftar Pustaka:

  • Chours, A.M.J. (1953). Grondslagen der Cociale Psyholgie. Leiden: H.E. Stenfert Kroese.
  • Husdarta, H.J.S. (2010). Psikologi Olahraga. Bandung: Alfabet.
  • Kerliger, Fred N. (1975). Foundation Behaviore research. London: William Glowes & Sons Ltd.
  • Khostamm, P.H. et. al. (1951). Beknopt Leeboek der Psychologie. J.B. Walters Groningen.
  • Setyobroto, S. (2002). Psikologi Olahraga. Jakarta: Percetakan UNJ.

Posting Komentar untuk "PSIKOLOGI OLAHRAGA"