Pengertian Metode Pengajaran Kontekstual: Prinsip Pengajaran, Komponen, Karakteristik, Penerapan Serta Kelebihan dan Kekurangannya

Pengertian Metode Pengajaran Kontekstual: Prinsip Pengajaran, Komponen, Karakteristik, Penerapan Serta Kelebihan dan Kekurangannya

Salah satu strategi yang dapat dipergunakan guru untuk memperbaiki mutu serta kualitas proses pengajaran adalah dengan menerapkan strategi pengajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Oleh karena itu pada artikel ini, penulis akan membahas Pengajaran Kontekstual.

Pengertian Metode Pengajaran Kontekstual: Prinsip Pengajaran, Komponen, Karakteristik, Penerapan Serta Kelebihan dan Kekurangannya
Penulis tertarik untuk membahas tentang apa itu pengajaran kontektual, Pengertian Metode pengajaran kontekstual, prinsip pengajaran kontekstual, komponen-komponen pengajaran kontekstual, karakteristik pengajaran kontekstual, penerapan pengajaran kontekstual, serta kelebihan dan kekurangan dari pengajaran kontekstual itu sendiri.

Daftar Isi

1. Pengertian Metode pengajaran kontekstual
2. Prinsip pengajaran kontekstual
3. Komponen-komponen pengajaran kontekstual
4. Karakteristik pengajaran kontekstual
5. Penerapan pengajaran kontekstual
6. Kelebihan pengajaran kontekstual 
7. Kekurangan dari pengajaran kontekstual 

PENGERTIAN METODE PENGAJARAN KONTEKSTUAL (CTL)
Proses pengajaran kontekstual beraksentuasi pada pemrosesan informasi, idnividualisasi, serta interkasi sosial. Pemrosesan informasi menyatakan bahwa murid mengolah informasi, memonitornya, serta menyusun strategi berkaitan dengan informasi tersebut. Inti dari pemrosesan informasi adalah proses memori serta berpikir. Menurut Susdiyanto, Saat, serta Ahmad (2009:27), pengajaran kontekstual adalah proses pengajaran yang bertolak dari proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, pada arti bahwa apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, sehingga pengetahuan yang akan diperoleh murid adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pengajaran yang holistic. Serta bertujuan membantu murid agar mampu memahami makna materi yang diajarkan dengan menghubungkan kepada konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, social, serta kultural). Sehingga, murid memiliki pengetahuan/ketrampilan yang dinamis serta fleksibel untuk secara aktif membangun sendiri pemahamannya.

Senada dengan itu, Sumiati serta Asra (2009:14) mengemukakan pengajaran kontekstual merupakan upaya guru untuk membantu murid memahami relevansi materi pengajaran yang dipelajarinya, yakni dengan melakukan suatu pendekatan yang memberikan kesempatan kepada murid untuk mengaplikasikan apa yang dipelajarinya di kelas. Selanjutnya, pengajaran kontekstual hanya terfokus pada perkembangan ilmu, pemahaman, keterampilan murid, serta juga pemahamankontekstual murid  tentang hubungan mata pelajaran yang dipelajarinyaterhadap kehidupan nyata. Pengajaran akan  bermakna jika guru lebihmenekankan agar murid mengerti hubungan isi pelajaran dengan kehidupan yang terjadi pada kebanyakan manusia.

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat dipahami bahwa pengajaran kontekstual lebih mengutamakan pengetahuan serta pengalaman atau dunia nyata, berpikir tingkat tinggi, berpusat pada murid, murid aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, murid belajar dengan caramenyenangkan, mengasyikkan,  tidak membosankan, serta menggunakan berbagai sumber belajar.

PRINSIP PENGAJARAN KONTEKSTUAL
Pengajaran kontekstual memiliki beberapa prinsip dasar. Adapun prinsip-prinsip pada pengajaran kontekstual menurut Suprijono (2011:80-81) adalah sebagai berikut:
  1. Pertama: saling ketergantungan, artinya prinsip ketergantungan merumuskan bahwa kehidupan ini merupakan suatu sistem. Lingkungan belajar merupakan sistem yang mengitegrasikan berbagai komponen pengajaran serta komponen tersebut saling mempengaruhi secara fungsional.
  2. Kedua: diferensiasi, yakni merujuk pada entitas-entitas yang beraneka ragam dari realitas kehidupan di sekitar murid. Keanekaragaman mendorong berpikir kritis murid untuk menemukan hubungan di antara entitas-entitas yang beraneka ragam itu. Murid dapat memahami makna bahwa perbedaan itu rahmat.
  3. Ketiga: pengaturan diri, artinya prinsip ini mendorong pentingnya murid mengeluarkan seluruh potensi yang dimilikinya. Ketika murid menghubungkan materi akademik dengan konteks keadaan pribadi mereka, murid terlibat pada kegiatan yang mengandung prinsippengaturan diri. 
Selanjutnya, Sumiati serta Asra (2009:18) menjelaskan secara rinci prinsip pengajaran kontekstual sebagai berikut:
  1. Menekankan pada pemecaham masalah.
  2. Mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks seperti rumah, masyarakat, serta tempat kerja.
  3. Mengajar murid untuk memantau serta mengarahkan belajarnya sehingga menjadi pembelajar yang aktif serta terkendali.
  4. Menekankan pengajaran pada konteks kehidupan murid.
  5. Mendorong murid belajar satu dengan lainnya serta belajar bersamasama.
  6. Menggunakan penilaian otentik.
Lain halnya dengan Nurhadi, ia mengemukakan prinsip-prinsip pembelajara kontekstual yang perlu diperhatikan guru, yakni
  1. Merencanakan pengajaran sesuai dengan kewajaran mental sosial.
  2. Membentuk kelompok yang saling bergantung.
  3. Menyediakan lingkungan yang mendukung pengajaran yang mandiri.
  4. Mempertimbangkan keragaman murid.
  5. Mempertimbangkan multi intelegensi murid.
  6. Menggunakan teknik-teknik bertanya untuk meningkatkan pengajaran murid, perkembangan masalah, serta ketrampilan berpikir tingkat tinggi.
  7. Menerapkan penilaian autentik
Dari prinsip-prinsip yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa pengajaran kontekstual berupaya membantu murid agar mampu menguasai tiga ha, yakni diantaranya:
  1. Pengetahuan, adalah apa yang ada pada pikirannya membentuk konsep, batasan teori, serta fakta
  2. Kompetensi atau keterampilan, adalah kemampuan yang dimuliki, untuk sesuatu yang bisa dilakukan
  3. Pemahaman kontekstual, adalah mengetahui waktu serta cara yang tepat pada menggunakan pengetahuan serta keahliannya di kehidupan nyata.

KOMPONEN- KOMPONEN PENGAJARAN KONTEKSTUAL
Pada pengajaran kontekstual, ada beberapa komponen utama pengajaran efektif. Komponen-komponen itu merupakan sesuatu yang tak terpisahkan pada pengajaran kontekstul (Nurhadi pada Sagala, 2009: 88-91; Suprijono, 2011: 85). Komponen-komponen tersebut ialah :
  1. Konstruktivisme, adalah mengembangkan pemikiran murid agar belajar dapat lebih bermakna adalah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, serta membangun sendiri pengetahuan atau keterampilan barunya. Sumiati serta Asra (2009: 15) mengemukakan lima elemen belajar konstruktivisme, adalah: (1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activiating knowledge), (2) Perolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge), (3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), (4) Mempraktekkan pengetahuan (applyng knowledge), serta (5) Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut (reflecting knowledge).
  2. Bertanya, yakni mengembangkan rasa ingin tahu dengan bertanya. Melalui proses bertanya, murid dapat menjadi pemikir yang handal serta mandiri. Pada sebuah pengajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: (a) menggali informasi, baik administrasi maupun akademik; (b) mengecek pemahaman murid; (c) membangkitkan respon pada murid; (d) mengetahui sejauh mana keingintahuan murid; (e) mengetahui hal-hala yang sudah diketahui murid; (f) memfokuskan pengetahuan murid pada sesuatu yangdikehendaki guru; (g) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari murid; serta (h) menyegarkan kembali pengetahuan murid (Sagala, 2009: 88).
  3. Menemukan, merupakan bagian inti dari pengajaran kontekstual. Adalah Pengetahuan serta keterampilan yang diperoleh murid diharapkan bukan hanya dihasilkan dari megingat seperangkat faktafakta saja, melainkan juga hasil dari menemukan sendiri.
  4. Masyarakat belajar, adalah menciptakan masyarakat belajar pada suatu kelompok
  5. Hasil belajar diperoleh dari saling berbagi antar teman, antar kelompok, serta antara yang tahu ke yang belum tahu.
  6. Permetodean, menghadirkan metode sebagai contoh pengajaran. Dengan asertaya metode, murid akan lebih mudah meniru apa yang telah dicontohkan. Pemetode tidak hanya guru atau murid tetapi orang lain yang lebih mahir dapat pula bertindak sebagai metode.
  7. Refleksi, dilakukan pada akhir pengajaran. Refleksi merupakan upaya untuk melihat kembali, mengorganisir kembali, menganalisis kembali, mengklarifikasi kembali, serta mengevaluasi kembali halhal yang telah dipelajari.
  8. Penilaian sebenarnya, adalah upaya mengumpulkan berbagai data yang bisa memberikan gambaran terhadap perkembangan belajar murid. Data dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan murid pada saat melakukan pengajaran. Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi murid adalah proyek/kegiatan serta laporannya, PR, kuis, karya murid, presentasi atau penampilan murid, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes tulis, serta karya tulis (Riyanto, 2010: 176).
KARAKTERISTIK PENGAJARAN KONTEKSTUAL
Karakeristik pengajaran kontekstual diantaranya adalah sebagai berikut :
  1. Pengajaran dilaksanakan pada konteks autentik, adalah pengajaran yang diarahkan pada tercapainya keterampilan pada konteks kehidupan nyata atau pengajaran yang dilaksanakan pada lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).
  2. Pengajaran memberikan kesempatan kepada murid untuk dapat mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learnig).
  3. Pengajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman yang bermakna kepada murid (learning by doing).
  4. Pengajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, serta saling mengoreksi antarteman (learning in a group).
  5. Pengajaran memberikan kesempatan kepada murid untuk menciptakan rasa kebersamaan, kerjasama, serta saling memahami antara satu dengan yang lain secara menpada (learning to know each other deeply).
  6. Pengajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, serta mementingkan kerjasama (learning to ask, to inquiry, to work together).
  7. Pengajaran dilaksanakan pada situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity).
  8. Pengajaran yang kontekstual adalah proses belajar pada rangka memperoleh serta menambah pengetahuan baru.
  9. Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan.
PENERAPAN PENGAJARAN KONTEKSTUAL
Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan pengajaran kontekstual jika menerapkan komponen utama pengajaran efektif seperti yang diuraikan di muka. Oleh karena itu, seorang guru perlu mengetahui serta memahami penerapan pembelajara kontekstual itu sendiri. Sagala (2009: 92) serta Riyanto (2010: 168-169) menguraikan langkah-langkah penerapan pengajaran kontekstual sebagai berikut:

1. Pengajaran berbasis masalah: Dengan memunculkan problem yang dihadapi bersama,murid ditantang untuk berfikir kritis untuk memecahkan.
2. Menggunakan konteks yang beragam: Pada CTL guru membermaknakan pusparagam konteks sehingga makna yang diperoleh murid menjadi berkualitas.
3. Mempertimbangkan kebhinekaan murid: Guru mengayomi individu serta menyakini bahwa perbedaan individual serta social seyogianya dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk belajar saling menghormati serta toleransi untuk mewujudkan ketrampilan interpersonal.
4. Memberdayakan murid untuk belajar sendiri: Pendidikan formal merupakan wadah bagi murid untuk menguasai cara belajar untuk belajar mandiri dikemudian hari.
5. Belajar melalui kolaborasi: Pada setiap kolaborasi selalu ada murid yang menonjol dibandingkan dengan koleganya serta murid ini dapat dijadikan sebagai fasilitator pada kelompoknya.
6. Menggunakan penelitian autentik: Penilaian autentik menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu serta konstektual serta memberi kesempatan pada murid untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
7. Mengejar standar tinggi: Setiap sekolah seyogianya menentukan kompetensi kelulusan dari waktu kewaktu terus ditingkatkan serta setiap sekolah hendaknya melakukan Benchmarking dengan melakukan study banding keberbagai sekolah serta luar negeri.

Di sisi lain, berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD), penerapan strategi pengajaran kontekstual digambarkan sebagai berikut:
  1. Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata. Konteks merupakan kerangka kerja yang dirancang guru untuk membantu murid agar yang dipelajari bermakna.
  2. Experiencing, belajar adalah kegiatan “mengalami”, murid berproses secara aktif dengan hal yang dipelajari serta berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji, berusaha menemukan serta menciptakan hal baru dari apa yang dipelajarinya.
  3. Applying, belajar menekankan pada proses pendemonstrasian pengetahuan yang dimiliki pada kenteks serta pemanfaatannya.
  4. Cooperating, belajar merupakan proses kolaboratif serta kooperatif melalui belajar berkelompok, komunikasi interpersonal, atau hubungan intersubjektif.
  5. Transferring, belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan pada situasi atau konteks baru (Suprijono, 2011: 84). Ciri kelas yang menggunakan pendekatan konstektual: (1) Pengalaman nyata, (2) Kerja sama, saling menunjang, (3) Gembira, belajar dengan bergairah, (4) Pengajaran terintegrasi, (5) Menggunakan berbagai sumber, (6) Murid aktif serta kriti, (7) Menyenangkan, tidak membosankan, (8) Sharing dengan teman, (9) Guru kreatif.
KELEBIHAN SERTA KEKURANGAN PENGAJARAN KONTEKSTUAL
Suatu pendekatan pasti memiliki kelebihan serta kekurangan, untuk pengajaran kontektual sendiri, juga memiliki kelebihan serta kekurangan. Oleh karena itu, dibawah ini akan dijelaskan kelebihan serta kekurangan pengajaran kontekstual:

1. Kelebihan Metode Pengajaran Kontekstual
  • Memberikan kesempatan pada murid, untuk dapat terus maju sesuai potensi yang dimiliki sisiwa, sehingga murid terlibat aktif pada proses belajar mengajar.
  • Murid dapat berfikir kritis serta kreatif pada mengumpulkan data, memahami suatu isu serta memecahkan masalah.
  • Menyadarkan murid tentang apa yang mereka pelajari.
  • Memilih informasi berdasarkan kebutuhan murid.
  • Pengajaran dilakukan dengan cara menyenangkan serta tidak membosankan.
  • Membantu siwa bekerja dengan efektif pada kelompok.
  • Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.
2. Kelemahan Dari Metode Pengajaran Kontekstual
  • Pada pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan murid. Padahal pada kenyataannya tingkat kemampuan murid berbeda-beda, sehinnga hal tersebut akan menyulitkan guru pada menentukan materi pelajaran karena tingkat pencapaian murid yang tidak sama.
  • Tidak efisien, karena membutuhkan waktu yang relatif lebih lama pada proses belajar mengajar.
  • Pada proses pengajaran dengan metode pengajaran kontekstual akan nampak jelas antara murid yang memiliki kemampuan tinggi serta murid yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian akan menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi murid yang kurang kemampuannya.
  • Pada metode pengajaran kontekstual murid harus aktif serta berusaha dengan kemampuannya sendiri agar dapat dengan baik mengikuti setiap pengajaran dengan metode ini. Jika hal tersebut tidak dilakukan murid akan kesulitan serta tertinggal oleh murid lain yang dapat mengikuti metode pengajaran kontekstual ini dengan lancar.
  • Pada kenyataannya tidak semua murid dapat dengan mudah menyesuaikan diri serta mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan metode pengajaran kontekstual ini.
  • Metode pengajaran kontekstual ini lebih mengembangkan keterampilan serta kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya. Seorang murid yang memiliki kemampuan intelektual tinggi tetapi sulit untuk mengapresiasikan dirinya pada bentuk lisan maka akan mengalami kesulitan. Sebaliknya walaupun murid itu memiliki kemampuan intelektual yang biasa saja tetapi semangat pada mengapresiakan dirinya itu tinggi makan anak tersebut akan mudah pada menjalankan metode pengajaran kontekstual ini.
  • Tidak semua pengetahuan yang diberikan akan sampai secara sama serta rata kepada setiap murid, kemampuan setiap murid berbeda maka pengetahuan yang didapat oleh setiap murid jugaakan berbeda-beda.
  • Pada proses pengajaran murid dituntut untuk lebih aktif serta berusaha sendiri, seperti pada proses mencari informasi menemukan fakta, serta mendapat pengetahuan-pengetahuan yang baru dilapangan. Jadi peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena pada metode pengajaran kontekstual ini peran guru hanya sebagai pengarah serta pembimbing.
KESIMPULAN
Pengajaran kontekstual merupakan pengajaran yang mengutamakanpada pengetahuan serta pengalaman atau dunia nyata, berpikir tingkat tinggi, berpusat pada murid, murid aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, murid belajar menyenangkan, mengasyikkan, tidakmembosankan, serta  menggunakan berbagai sumber belajar. Untuk menerapkan pengajaran kontekstual, guru diharapkan untuk memperhatikan langkah-langkah penerapan pengajaran kontekstual sebagai berikut:
1. Pengajaran berbasis masalah.
2. Menggunakan konteks yang beragam.
3. Mempertimbangkan kebhinekaan murid.
4. Memberdayakan murid untuk belajar sendiri.
5. Belajar melalui kolaborasi.
6. Menggunakan penelitian autentik.
7. Mengejar standar tinggi.

Posting Komentar untuk "Pengertian Metode Pengajaran Kontekstual: Prinsip Pengajaran, Komponen, Karakteristik, Penerapan Serta Kelebihan dan Kekurangannya"