Faktor Pendorong Terbentuknya Jiwa Kewirausahaan

5 Faktor Pendorong Terbentuknya Jiwa Kewirausahaan

Menjadi wirausahawan tidaklah mudah sehingga banyak calon wirausaha harus siap menghadapi berbagai tantangan. Banyak orang yang berhenti menjadi wirausaha dan lebih menyukai untuk mencari pekerjaan di perusahan untuk bekerja menjadi karyawan dengan gaji yang aman dan rutin di teriama setiap bulan, nah dalam artikel ini akan kami sampaikan lima factor pendorong terbentuknya jiwa wirausaha.

faktor pendorong terbentuknya jiwa usahawan

Lingkungan Keluarga Semasa Kecil

Ini dapat dilihat dari anak nomor berapa, orang tua, pekerjaan, dan status sosial. Namun apabila memperhatikan anak nomor berapa terdapat hasil yang berbeda dari beberapa penelitian, misalnya para eksekutif wanita cenderung berasal dari anak nomor satu dari sekian bersaudara, mereka ini memperoleh perhatian istimewa sewaktu kecil, dan self confidence nya tinggi. Tapi ada pula penelitian yang tidak menemukan perbedaan signifikan terhadap para pengusaha wanita dan pria apakah dari kelahiran nomor satu atau bukan.

Lingkungan dalam bentuk “role models” juga berpengaruh terhadap minat berwirausaha. Role models ini biasanya melihat kepada orang tua, saudara, keluarga yang Iain (kakek, paman, bibi, anak), teman-teman, pasangan, atau pengusaha yang sukses yang diidolakannya. Dorongan teman cukup berpengaruh terhadap semangat membuka suatu usaha, karena kita dapat berdiskusi Iebih bebas, dibandingkan dengan orang lain, teman bisa memberi dorongan, pengertian, bahkan bantuan, tidak perlu takut terhadap kritikan. Lingkungan professional juga dapat diminta bantuan, seperti biro konsultan bisnis, mencakup keuangan, pemasaran, promosi dan sebagainya, asosiasi berbagai badan aosiasi bisnis, mentor, instruktur, dosen atau guru bisnis.

Terhadap pekerjaan orang tua, seringkali terlihat bahwa ada pengaruh dari orang tua yang bekerja sendiri, dan memiliki uraha sendiri cenderung anaknya jadi pengusaha pula. Keadaan ini seringkaÌi memberi inspirasi pada anak sejak kecil. Situasi seperti ini akan lebih diperkuat lagi oleh ibu yang juga ikut berusaha. Orang tua ini cenderung mensupport serta mendorong keberanian anaknya untuk berdiri sendiri. Suasana dorongan ini sangat penting artinya bagi calon wanita pengusaha.

Pendidikan

Banyak orang menyatakan bahwa tingkat pendidikan para wirausaha, agak rendah dibandingkan dengan rata-rata populasi masyarakat. Namun ini tidak begitu signifikan, karena tingkat pendidikan juga penting bagi wirausaha, terutama dalam menjaga kontinuitas usahanya dan mengatasi segala masalah yang dihadapi diperlukan tingkat pendidikan yang memadai.Pada saat memulai usaha, tingkat pendidikan tidak memegang peranan penting, malahan banyak diantara pengusaha adalah orang-orang drop out seperti Andrew Carnegie, William Durant, Henry Ford. Menurut Hisrich hampir 70 % dari wanita pengusaha pernah mengenyam pendidikan diploma, atau S1, kebanyakan dalam bahasa Inggeris, psikologi, bidangpendidikan, dan sosiologi, ada pula yang berasal dari disiplin engineer, science dan matematik. Kemudian melengkapi pengetahuan dalam bidang finance, perencanaan strategis, marketing, manajemen, komunikasi, menulis dan berbicara yang lancar.

Nilai-nilai (Values) Personal

Dari segi personal values agak sulit membedakan keberhasilan seorang pengusaha dengan pengusaha yang gagal. Namun menurut Hisrich ada value yang bersifat umum yang dapat diamati sebagai karakteristik keberhasilan dalam berwirausaha yaitu:

  1. Keinginan menghasilkan superior produk,
  2. Layanan berkualitas terhadap konsumen,
  3. Fleksibel, serta kemampuan menyesuaikan diri tehadap perubahan pasar,
  4. Kemampuan dalam manajemen, (high calibre management),
  5. Memiliki sopan santun dan etika dalam berbisnis

Usia

Satu hal yang perlu diingat ialah entrepreneurial experience is one of the best predictors of success. Oleh sebab itu kebanyakan wirausahawan berumur antara 22 sampai 55 tahun. Memulai usaha diluar usia ini tidak ada masalah, namun yang bersangkutan kurang dalam pengalaman, atau terlambat dalam melangkah.

Riwayat Pekerjaan

Untuk memulai suatu usaha adakalanya seseorang memerlukan trigger, yang bersumber dari pekerjaan sebelumnya. Mungkin saja seseorang tidak puas dengan pekerjaan yang sekarang, tidak ada peluang untuk maju, tidak ada kemungkinan naik pangkat, atau konflik di tempat kerja, ini semua dapat memicu seseorang memulai rintisan usaha sendiri. Atau sebagai akibat rasionalisasi, perampingan perusahaan, kena PHK, ada pesangon yang dapat dijadikan modal. Banyak pula wirausahaan yang sudah bekerja sekian tahun, sudah memiliki skills dan pengetahuan seluk beluk usaha yang ia tekuni, dan selama ini bakatnya terpendam kurang tersalurkan, maka ia memutuskan minta berhenti dan membuka usaha sendiri. Kebanyakan mereka yang memilki motif intrinsik begini lebih berhasil dalam merintis dan mengembangkan usaha.

Kesimpulan

Menjadi wirausaha tidak cukup dengan bermodalakan rasa ingin belaka namun harus diiringi jiwa komitmen dan kosisiten secara kontinyu. Apalagi dalam menjadi wirausaha tingkat persaingan usaha dan prilaku pasar semakin dinamis sehingga katika menajdi wirausaha harus memiliki sifat yakin serta cita-cita untuk menjadi besar dengan diawali dari Langkah-langkah kecil.


Referensi:

  • Alma, Buchari. (2018). Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung: Alfabet.
  • Anonim (2015). Pembentukan Jiwa Wirausaha Bagi generasi muda Indonesia. (online : https://bdiyogyakarta.kemenperin.go.id/news/post/2015/05/22/136/pembentukan-jiwa-wirausaha-bagi-generasi-muda-indonesia). 


Posting Komentar untuk "Faktor Pendorong Terbentuknya Jiwa Kewirausahaan"