ALIRAN FILSAFAT EKSITENSIALISME PENDIDIKAN JASMANI

Aliran Filsafat Eksitensialisme Pendidikan Jasmani

Adapun sejumlah aliran filsafat yang telah berkembang yang  mempengaruhi pemikiran mengenai pendidikan. Aliran yang akan dibicarakan selanjutnya adalah Eksistensialisme yang dikaitkan dengan pendidikan dan  pendidikan jasmani dan olahraga.

Eksistensialisme

Perhatian utama dari eksistensialisme adalah individualitas. Eksistensialitas takut manusia dipaksa menyesuaikan diri dengan masyarakat sehingga kehilangan individualitasnya. Eksistensialisme yang memperoleh dorongan segera setelah perang Dunia II, adalah filsafat modern karena ia timbul tidak dari filsafat masa dulu. Sebagai satu cara pemikiran filsafat, ia mulai berkembang pada permulaan abad keduapuluh.

aliran filsafat eksitensialisme

Eksistensi manusia adalah kebenaran yang sesungguhnya. Manusia yang menentukan ia jadi apa. Tiap orang mempunyai tanggung jawab terhadap masa lalu, sekarang dan mendatang. Tiap orang mempunyai pilihan untuk menerima sesuatu yang ada di luar pengalaman manusia, tetapi individu yang tidak menerima sesuatu itu, kehilangan sebagian dari dirinya. Eksistensialisme tidak mengaangap Tuhan itu ada atau tidak  ada. Tiap orang harus menentukan jawaban dari pertanyaan ini secara individual sesuai dengan analisis secara objektif tentang keberadaanya. Orang Indonesia yang mempunyai filsafat Pancasila berkeyakinan bahwa Tuhan itu ada. Individu harus menentukan sistem nilainya sendiri. Setiap nilai yang tidak sepenuhnya disetujui individu bukanlah satu nilai yang sesungguhnya. etap nilai yang dipaksakan adalah nilai yang tidak bermakna.

Menerima satu nilai yang tidak ditentukan sendiri akan berada di luar individualitas, Harga diri hanya dapat dicapai bila ide dan nilai merupakan pilihan sendiri dan sekali telah dipilih seseorang bersedia bertanggung jawab terhadap ide dan nilai itu. Individu lebih penting dari pada masyarakat. Eksistensi yakin bahwa masyarakat sebagai satu kesatuan berbeda dari orang-orang yang membentuk masyarakat. Individu dapat membuat dirinya sendiri dan hanya memelihara hubungan dengan kenyataan bila ia selalu mencari tempatnya sebagai individu. Bila nilai, kepribadian dan cita-citanya tunduk kepada masyarakat, ia berhenti berfungsi sebagai satu individu.

Soren Kierkegaard, seorang theolog dan filosof abad kesembilan belas, dianggap sebagai bapak dari pemikir eksistensial. la menaruh perhatian pada pencairan makna diri tiap individualitas orang. Banyak dari filosof eksistensial modern tidak mengikuti tuntunan yang diberikan oleh Kierkegaard, walaupun mereka meletakkan tekanan utama pada individu dan perilakunya, Jean Paul Sartre adalah seorang eksistensialis atheistik yang kenamaan, ia tidak mengakui bahwa manusia akan membuat kemajuan  apapun dan ia melihat kegagalan dari kemanusiaan dan masyarakat. Karl Jasper, Paul Tillich dan Reinhold Niebuhr, eksistensialis theistik mengemukakan pandangan yang lebih optimistik daripada Satre. Mereka berkata bahwa untuk mencapai realitas akhir, individu harus berpartisipasi dalam kehidupan daripada hanya sebagai penonton.

Eksistensialisme dan Pendidikan Jasmani

Ada kebebasan memilih. Program pendidikan jasmani dan olahraga harus memberikan kebebasan memilih yang cukup bagi siswa. Namun hal ini akan menimbulkan sedikit kesulitan dalam masalah pelaksanaannya. Umpamanya bila pendidik memberikan kebebasan sepenuhnya dalam menentukan program, bagaimana siswa dapat melakukan kebebasan memilih yang begitu penting bagi eksistensialisme? Bila siswa sepenuhnya bebas untuk memilih aktivitas, dapatkah ia berbuat demikian? Dengan diberikan kebebasan sepenuhnya untuk memilih dan menentukan dapat dibayangkan bahwa bagi kelas yang terdiri dari 30 siswa, akan dipilih sampai 30 aktivitas dałam satu pelajaran. Namun bila disajikan berbagai macam Olahraga perorangan dan beregu, maka tujuan eksistensial dapat dilaksanakan.

Harus ada berbagai macam aktivitas. Guru pendidikan jasmani dan olahraga eksistensial memberikan program yang seimbang dan beragam yang memenuhi kebutuhan dan minat siswa. Dengan tersedianya aktivitas yang dapat dipilih, siswa diharapkan dapat menilai diri sendiri dan bedasarkan penilaian itu memilih aktivitas yang akan dilakukannya. Adalah peran guru untuk menyediakan aktivitas dan menciptakan kondisi agar siswa belajar memikul tanggung jawabnya, tetapi setelah ia memperlihatkan kedewasaan untuk memperoleh hak istimewa ini.

Permainan harus menghasilkan perkembangan kreativitas. Guru mendidikan jasmani dan olahraga yang eksistensial mengenal diri sendiri, karena pemahaman itu diperlukan untk membuat berbagai macam pilihan bagi perbaikan diri siswa dan masyarakat dengan partisipasi dalam aktivitas perorangan dan beregu siswa lebih mengenal dirinya. Bagi eksistensialis kompetisi dapat diterima, namun yang lebih penting adalah akibat dari kompetisi pada siswa. Guru pendidikan jasmani eksistensial juga meletakkan titik berat pada aktivitas mengetes diri, karena ia dapat membantu siswa  mengembangkan tanggung jawab tetapi syaratnya siswa harus mengenal dirinya.

Guru adalah seorang konselor. Guru pendidikan jasmani dan olahraga yang eksistensial peduli terhadap kepribadian siswa. Siswa diupayakan lebih memiliki rasa tanggung jawab dałam program pendidikan jasmani eksistensial dari pada program berdasarkan filsafat lainnya. Guru berkeyakinan bahwa penting diberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba membuat pertimbangan dalam aktivitas yang diberikan kepadanya. Dengan berbuat demikian, siswa dari guru pendidikan jasmani eksistensial mengembangkan kualitas tanggung jawab. Dalam proses belajar guru berperan sebagai konselor dan pembimbing, menjelaskan berbagai alternatif dan memberikan arah sehingga siswa tidak tersesat atau salah arah.


Daftar Pustaka:

  • Paturusi, Achmad. (2012). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: Rineka Cipta.

Posting Komentar untuk "ALIRAN FILSAFAT EKSITENSIALISME PENDIDIKAN JASMANI"