Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Organisasi: Sekolah Sebagai Organisasi Sosial dan Pembelajaran

Sekolah sebagai organisasi sosial memandang organisasi dalam konteks system sosial yang memiliki tujuan tertentu dan merupakan tujuan Bersama. Organisasi sosial adalah organisasi yang dirincikan oleh saling ketergantungan antara satu bagian dengan bagian lainya, kejelasan anggota, perbedaan dengan lingkungan, hubungan sosial yang kompleks, dan budaya organisasi yang khas.
Sekolah sebagai organisasi sosial merupakan pandangan sekolah sebagai organisasi formal. Pandangan ini akan beriplikasi pada bagaimana memperlakukan/mengelola sekolah. Manajemen organisasi akan diorientasikan pada bagimana megkondisikan orang-orang dalam organisasi untuk dapat dinamis, saling tergantung satu sama lain, memiliki hubungan yang dinamis baik internal maupun eksternal, dan beradaptasi dan membentuk budaya organisasi sekolah, untuk itu perlu dipahami komponen pokok dari suatu system sosial.

A. Element Kunci Sekolah Sebagai Organisasi Sosial
Setiap organisasi akan memiliki aktivitas untuk mencapai tujuannya. Pencapaian tujuan organisasi akan meminta sejumlah aktivitas individua tau kolektif dari anggota organisasi yang harus dikoordinasikan supaya terarah pada pencapaian tujuan. Disinlah interaksi sosial berlangsung. Interaksi sosial ini tidak saja dipengaruhi oleh struktur organisasi dan individu-individu yang mengisi struktur, tetapi juga dipengaruhi oleh budaya, politik, Teknik produksi, dan lingkungan organisasi (khususnya lingkungan strategi). Hoy dan Miskel (2001:31) menggambarkan elemen-elemen kunci dalam oragnisasi sekolah sebagai berikut.

Sekolah Sebagai Organisasi Sosial dan Organisasi Pembelajaran

Gambar di atas menunjukkan bahwa sekolah sebagai system sosial memiliki keterkaitan yang kuat dengan input dan output yang dikategorikan sebagai hubungan yang kompleks.

1. Struktur
Struktur dalam konteks sekolah meliputi peran dan harapan birokasi, posisi dan hirarki, aturan dan regulasi, dan spesialisasi. Harapan birokasi akan mengkondisikan perilaku anggota organisasi, misalnya guru berkewajiban untuk mendorong keatifan dan kretaivitas siswa dalam proses pembelajaran

2. Individu
Individu dalam interaksi organisasi yang diatur oleh struktur organisasi (harapan birokasi) memiliki kebutuhan keyakinan, dan pemahaman tersendiri terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Dua hal untama dalam individu adalah kognisi dan motivasi. Kognisi terdiri dari: kebutuhan-kebutuhan individu, tujuan-tujuan individu, keyakinan-keyakinan individu, dan pemahaman-pemahaman individu terhadap pekerjaan. Motivasi merupakan alasan-alasan mengapa seseorang memilih menjadi guru. Banyak alasan yang mendasari seseorang bekerja menjadi seorang guru, apakah karena motif mencari uang, mengabdi pada sesama manusia, menghilangkan kejenuhan karena nganggur, dan sebagainya.

3. Culture (budaya)
Budaya mereprentasikan sesuatu yang tidak terulis dalam organisasi, meliputi nilai-nilai dan norma-norma Bersama, kebiasaan-kebiasaan kerja, keyakinan-keyakinan, cara berpikir dan artifact (sesuatu yang bersifat fisik). Berbagai hasil penelitian menujukkan bahwa budaya organisasi memiliki dampak yang besar terhadap perilaku individu di dalam organisasi.

4. Politics
Politics merupakan kekuatan hubungan informal yang memunculkan penyeimbang bagi kekuatan organisasi formal. Politik merupakan suatu hal yang bersifat informal, tidak terlihat , dan tidak memiliki legitimasi formal. Bagaimanapun suatu organisasi, termasuk di sekolah, politik akan muncul pada kelompok-kelompok tertentu sebagai bagian dari ekspresi individu terhadap aturan-aturan dan regulasi formal.

5. Environtment
Environtment adalah segala sesuatu yang berada di luar organisasi. Sebagai system sosial, organisasi memiliki batas organisasi yang mungkin bias. Seperti keberadaan orang tua siswa dalam komite sekolah, apakah mereka ini pihak eksternal organisasi atau bagian internal dari organisasi sekolah. Bias ini merupakan hal biasa dalam konteks system sosial, karena interaksinya akan semakin kompleks, tidak diragukan lagi bahwa lingkungan organisasi memiliki pengaruh yang kuat terhadap keberfungsioan organisasi sekolah. Apakah lingkungan tersebut lingkungan sosial, ekonomi, budaya, geografis, dan sebagainya.

6. Outcomes
Outcomes adalah hasil yang dicapai dari proses tranformasi berbagai komponen input. Proses transformasi, meliputi interaksi empat komponen utama, yaitu system struktur, budaya, politik dan individu. Hasil yang didapat dari prosesn transfromasi di sekolah adalah prestasi akademik dan non akademik lulusan, kepuasan kerja guru dan staf, kehadiran siswa, guru dan staf, rata-rata drop out (DO), dan berbagai ukuran lainya sebagaimana ditetapkan oleh sekolah dan stakholdernya.

7. Internal Feedback Loops
Internal feedback loops adalah umpan balik internal yang muncul dan interaksi berbagai komponen atau sub-sistem dari organisasi sosial yaitu struktur, politik, individu, dan budaya organisasi.

8. External Feedback Loops
Exsternal feedback loops adalah umpan balik eksternal yang muncul dari interaksi lingkungan internal sekolah dengan lingkungan eksternal sekolah. Rapat komite sekolah dengan pihak sekolah menujukkan adanya interkasi yang memberikan umpan balik dari pihak eksternal kepada pihak sekolah (internal) demikian sebaliknya.

B. Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajar
Sekolah dipandang sebagai organisme yang hidup dan berkembang sebagaimana manusia, hewan dan tumbuhan. Analisis tersebut menujukkan mengapa organisasi dikategorikan sebagai system sosial, yakni suatu system interakatif yang hidup dan mengalami masa anak-anak, dewasa, dan orang tua kemudian mati. Namun ada juga organisasi yang tidak samapai menginjak usia dewasa pada masa anak-anak sudah mati.
Kemampuan suatu organisasi bertahan hidup ditentukan oleh sumber daya manusia organisasi atau dikenal dengan man (manusia). Organisasi dibuat, digerakan, diorientasikan untuk mencapai tujuan manusia. Manusia adalah unsur yang paling pokok dalam suatu organisasi. Manusia-manusia yang unggul lah yang membawa organisasi pada suatu kondisi bertahan dan berkembang.
Keungulan SDM organisasi tidak hanya terletak pada kepemilikikan suatu keterampilan untuk melakukan suatu pekerjaan tetapi juga pada kemampuan untuk terus meningkatkan kemampuannya dalam merspon tuntutan stakholdernya.
Pandangan organisasi sebagai system sosial menujukkan bahwa organisasi merupakan system yang terbuka dan berinteraksi dengan lingkungan secara dinamis. Interaksi ini berkembang sesuai dengan perkembangan jaman termasuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Implikasinya tuntutan terhadap produk (barang maupun jasa) yang dihasilkan organisasi terus berkembang bahkan dalam kurun waktu yang cepat. Manakala organisasi tidak mampu memnuhi tuntutan pelanggan yang dinamis ini, maka dengan sendirinya pelanggan mencari produk-produk baru dari organisasi akan mampu bertahan dan berkembang (survival and growth).
Implikasi yang harus dicermati dari keberadaan sekolah pada interkasinya dngan lingkungan sekolah yang dinamis adalah menjadikan sekolah sebagai tempat belajar, tetapi guru-guru, kepala sekolah, staf tata usaha, pengurus komite sekolah dan semua pihak yang terkait dengan pengelola sekolah juga orang-orang yang harus belajar di sekolah. Mereka secara terus menerus distimulus untuk memikirkan dan mendiskusikan berbagai permasalahan yang dihadapi secara Bersama, kemudian mencoba berbagai cara baru untuk menghasilkan lulusan yang lebih unggul atau hasil yang lebih baik.
Cara yang harus dipikirkan oleh kepala sekolah dan personil sekolah untuk menjadikan sekolah sebagai tempat Learning Organization (LO) adalah (1) menemukan berbagai cara untuk membuat struktur organisasi sekolah yang secara terus menerus mendukung layanan pembelajaran dan memperluas kemampuan adaptasi organisasi, (2) mengembangkan iklim dan budaya organisasi yang memiliki karakteristik terbuka, Kerjasama, dan kemampuan mengatur diri sendiri, (3) mengidentifikasi individu-individu yang progresif, sukses dan terbuka untuk pembaharuan, (4) mencegah kekerasan, penyelewengan dan politik yang tidak benar dalam layanan pembelajaran, (5) memimpin dengan model kepemimpinan tranformasional, (6) berkomunikasi secara terbuka dan berkelanjutan, (7) membuat keputusan partisipatif, dan (8) mengembangkan kapasitas sekolah untuk merespon berbagai masalah secara efektif dan menyeluruh bukan secara sporadic.

Kesimpulan
Pandangan organisasi sebagai system sosial adalah pandangan formal, namun keberadaan organisasi formal ini tidak dapat menghindari keberadaan organisasi informal. Keberadaan keduanya merupakan suatu sinergi upaya pencapaian tujuan organisasi. Sekolah sebagai organisasi juga dipandang sebagai system sosial yang tebuka terhadap lingkungan organisasi. Upaya untuk merespon dan memenuhi berbagai tuntutan dan perkembangan lingkungan, termasuk pelanggan sekolah adalah dengan menjadikan sekolah sebagai learning organization yang diwujudakan melalui dukungan organisasi yang kuat terhadap pengembangan dan perbaikan secara terus menerus.


Daftar Pustaka

  • Hermawan, D & Triana, C. (2015). Organisasi Pendidikan, p.79-p.83, Manajemen Pendidikan, TIM Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indosesia. Bandung: Alafabet.
  • Hoy, Wayne K., & Miskel, Cecil G. (2001). Educational Administrational Chage in the 21st Century: Recent Research and Conceptualizations. San Fransisco: Jossey Bass.
  • Tim Dosen Administrasi Pendidikan. (2015). Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabet.



Posting Komentar untuk "Organisasi: Sekolah Sebagai Organisasi Sosial dan Pembelajaran"