KRETERIA PEMILIHAN TES DALAM OLAHRAGA

 Kriteria Pemilihan Tes

Para ahli tes dan pengukuran telah ada kesamaan pendapat tentang kriteria dalam pemilihan tes. Kriteria tersebut meliputi faktorfaktor sebagai berikut:

1. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes memiliki validitas rendah. Sisi Iain dari pengertian validtas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid, tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Cermat berarti bahwa pengukuran itu mampu memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya diantara subjek yang satu dengan subjek yang lain. Sebagai contoh jika kita ingin mengetahui waktu tempuh yang diperlukan dalam perjalanan dari satu kota ke kota Iainnya maka sebuah jam tangan biasa adalah cukup cermat dan karenanya akan menghasilkan pengukuran waktu yang valid. Akan tetapi, jam tangan yang sama tentu tidak dapat memberikan hasil ukur yang valid mengenai waktu yang diperlukan seorang atlet pelari 100 meter, dikarenakan dalam hal itu diperlukan alat ukur lain yang harus dapat memberikan perbedaan satuan waktu terkecil sampai kepada pecahan detik. Menggunakan alat ukur yang bertujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu akan tetapi tidak dapat memberikan hasil ukur yang cermat dan teliti tentu akan menimbulkan berbagai kesalahan.

kreteria tes

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, pengertian validitas sangat erat berkaitan dengan masalah tujuan pengukuran. Olah karena iłu, tidak ada validitas yang berlaku umum untuk semua tujuan pengukuran. Suatu alat ukur biasanya hanya merupakan ukuran yang valid untuk satu tujuan yang spesifik. Dengan demikian, predikat valid seperti dinyatakan dałam kalimat “tes ini valid” adalah kurang lengkap. Pernyataan valid harus diikuti oleh keterangan yang menunjuk kepada tujuan ukur, yaitu valid untuk mengukur apa. Dan keterangan iłu harus menunjuk kepada pengertian valid bagi kelompok subjek yang sama, sehingga suatu pernyataan valid yang lengkap dapat diilustrasikan oleh kalimat “Tes ini valid untuk mengukur IQ orang Indonesia dewasa” (misalnya). Dari cara estimasinya yang disesuaikan sifat dan fungsi setiap tes, tipe validitas pada umumnya digolongkan dalam tiga katagori, yaitu content validity (validitas isi), construct validity (validitas konstrak), dan criterion-related validity (validitas berdasar criteria). Sebagaimana namanya, validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professiona/juggment. Validitas isi ini harus memuat isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur.

Validitas Konsrak adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauhmana tes mengungkap suatu trait atau konstak teoretik yang hendak diukurnya. Pengujian validitas konstrak merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep menganai trait yang diukur Walaupun pengujian validitas konstrak biasanya memerlukan teknik analisis statistika yang lebih kompleks daripada teknik-tenik yang dipakai pada pengujian validitas emperik lainya akan tetapi hasil estimasi validitas konstrak tidak dinyatakan dałam bentuk suatu koefisien validitas. Validitas berdasarkan kreteria. Prosedur pendekatan validitas berdasar criteria menghendaki tersedianya kriteria eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor tes. Suatu kriteria adalah variabel perilaku yang akan diprediksikan oleh skor tes atau berupa suatu ukuran Iain yang releven. Untuk melihat tingginya validitas berdasarkan kriteria dilakukan komputasi korelasi antara skor tes dengan skor kriteria. Koefisien ini merupakan koefisien validitas bagi tes yang bersanggkutan, yaitu rxy, dimana x melambangkan skor tes dan y melambangkan skor kriteria

2. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan terjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel (reliable). Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi dan sebagainya. Namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Dalam hal ini, relatif sama berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran. Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliabel

Pengertian reliabilitas alat ukur atau reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap sama. Namun penggunaan masing-masing perlu diperhatikan. Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (errorofmeasurement). Eror pengukuran sendiri menunjukkan pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila pengukuran ulang pada kelompok individu  yang sama. Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur eret berkaitan dengan eror dalam pengambilan sampel (samping eror) yang mengacu kepada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakuan ulang pada kelompok individu yang berbeda.

3. Objektifita

Objektifita adalah derajat kesamaan hasil dari dua atau lebih pengambil tes (tester). Pengertian objektifita hampir sama dengan reliabilita, kedua-duanya tentang hasil pengukuran yang tetap atau sama/hampir sama. Reliabilita menunjukkan suatu pengambil tes yang mengadakan ulangan tes terhadap suatu objek kemudian hasilnya dibandingkan sedangkan dalam objektifita terdapat dua atau lebih pengambil tes dalam mengetes suatu objek yang kemudian hasilnya dibandingkan.

4. Norma

Data yang diperoleh dari hasil tes dan pengukuran masih dimungkinkan untuk diinterprestasikan. Sebelum data diinterprestasikan, akan memerlukan pengubahan skor atau nilai, sehingga data atau informasi tersebut dapat diartikan dengan benar dan tepat. Skor atau nilai yang diperoleh tidak langsung diolah akan tetapi diperlukan suatu acuan nilai yang lebih tepat diartikan pula sebagai norma penilaian. Acuan norma adalah menunjukkan kedudukan seseorang peserta tes diantara kelompoknya. Apakah peserta tersebut tergolong lebih pandai atau kurang pandai ataukah ia termasuk golongan sedang. Data-data yang diperoleh dari hasil tes dan pengukuran merupakan data yang acak dan berada dalam kemampuan yang dicapai untuk dapat menyamakan hasil dan menempatkannya diperlukan adanya acuan norma. Acuan norma ini dapat dipakai dengan penggunaan  dari angka kasar ke angka table. Angka table inipun adalah angkaangaka yang terdapat pada angka table dapat diklasifikasikan kembali apakah nilainya termasuk rendah, sedang atau baik.


Referensi:

  • Widiastuti. (2011). Tes dan pengukuran olahraga. Jakarta: PT Bumi Timur Jaya


Posting Komentar untuk "KRETERIA PEMILIHAN TES DALAM OLAHRAGA"