FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG PEMBENTUKAN BAKAT SESEORANG

Faktor Pendukung Pembentukan Bakat Seseorang

Manusia adalah makhluk sempurna dan sempurnanya manusia ditandai dengan kepemilikan akal berikut kecerdasannya. Dengan akal, manusia bisa melakukan banyak hal. Hal yang terkait langsung dengan akal manusia adalah manusia bisa berfikir, mencipta sesuatu dan mengembangkan sesuatu sesuai dengan yang diinginkannya. Semua itu dilakukan karena manusia punya akal dengan berbagai kecerdasannya. Gardner dalam Thomas (2000) menyebutkan delapan jenis kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu manusia, antara lain: Kecerdasan Linguistik (Word Smart), Kecerdasan Logis-Matematis (Number Smart), Kecerdasan Spasial (Picture Smart), Kecerdasan Kinestetik-Jasmani (Body Smart), Kecerdasan Musikal (Music Smart), Kecerdasan Antarpribadi (People Smart), Kecerdasan Intrapribadi (Self Smart), Kecerdasan Naturalis (Nature Smart). Delam jenis kecerdasan inilah yang secara genetik membekali manusia untuk mengarungi kehidupannya. Dengan potensi akal itu juga seorang dapat survive menghadapi problematika kehidupannya sehari-hari. Seperti apa yang disebutkan oleh Gardner, dari sekian banyak kecerdasan yang dimiliki oleh manusia, ada satu yang disebut dengan kecerdasan Kinestik-Jasmani (Body Smart). Menikmati kegiatan fisik (olaharaga), cekatan dan tidak bisa tinggal diam, berminat dengan segala sesutu. Mungkin orang-orang memiliki semua kecerdasan, namun hanya ada beberapa yang dominan dalam hidupnya. Manusia dengan berbagai dinamika, mereka membutuhkan Body Smart. Siapapun orangnya, kapanpun dan dimanapu dia berada. Mengingat akan kebutuhan Body Smart tersebut sekaligus menjamin tersalurkan minat dan bakat dan terbuka lebarnya peluang ekonomi pada sektor industri olahraga, bagi mereka yang berbakat dan berminat dalam bidang ini.

Bakat adalah sesuatu yang melekat bahkan bisa dibawa sejak lahir. Setiap orang mempunyai bakatnya masing-masing, namun mungkin tidak semua orang dapat dengan cermat mengenali bakat yang ada pada dirinya sendiri. Inilah yang menjadi persoalan penting, apapun bakat yang ada dalam diri, seseorang harus dapat mengenalinya, setelah itu tinggal mencari sarana untuk mengembangkannya. Dengan demikian, seseorang dapat mengembangkan bakatnya sesuai dengan apa yang disenanginya, sehingga bisa meraih kesuksesan dari bakatnya tersebut. Bakat merupakan suatu harta karun, karena sifatnya terpendam, dan harus digali untuk mengetahuinya. Setelah berhasil digali (dikembangkan), maka bakat inilah yang akan menjadi investasi seseorang di masa depan, yang akan mengantarkan pada pintu kesuksesan. Banyak orang di dunia yang sukses atau bahkan besar karena tahu, baik disengaja maupun tidak, akan potensi yang dimilikinya.

Dalam aktivitas sehari-hari khususnya olahraga, banyak seseorang yang tidak sadar memiliki bakat terpendam yang luar biasa. Bakat tersebut memang sulit diamati, apalagi diukur, tetapi bakat tersebut dapat terlihat oleh seorang atlet tertentu ketika atlet tersebut melakukan aktivitas olahraga tertentu. Faktor-faktor atlet yang memiliki bakat yang langka dan luar biasa sebagai berikut:

Most Out of Ability (Mendapatkan Sebagian Besar Kemampuannya)

Seorang atlet seharusnya memiliki kecerdasan, ketekunan, kontrol emotinal, keinginan untuk menang, dan keterampilan yang cukup untuk melakukan apapun yang diperlukan untuk membantu timnya. Dengan berusaha untuk selalu di tempat yang tepat, selalu melakukan hal yang tepat, dan tidak pernah melakukan hal bodoh maka untuk meraih prestasi akan lebih mudah. Sebuah kesalahan bila dalam mengevaluasi atlet hanya tertumpu pada penampilan, teknik, ukuran, atau angka saja, tetapi yang menjadi prioritas adalah intelegensi dan kreatifitasnya (Brown, 2001: 46). Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut bakat. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi (Munandar, 2012: 8).

Adapun yang dimaksud dengan anak berbakat adalah mereka yang karena memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul dan mampu memberikan prestasi yang tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang berdeferensiasi atau pelayanan yang di luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat mewujudkan bakat-bakat mereka secara optimal, baik bagi pengembangan diri maupun untuk dapat memberikan sumbangan yang bermakna bagi kemajuan masyarakat dan negara. Bakat-bakat tersebut baik sebagai potensi maupun yang sudah terwujud meliputi; kemampuan intelektual umum, kemampuan berpikir kreatif-produktif, kemampuan dalam salah satu bidang seni, kemampuan psikomotor, dan kemampuan psikososial seperti bakat kepemimpinan. Kreatifitas dapat diartikan sebagai kemampuan menempatkan objek-objek yang ada dan mengubahnya menjadi bentuk yang baru untuk suatu tujuan yang baru. Kreatifitas meliputi 3 hal yaitu; (a) kreatifitas merupakan kemampuan (ability), (b) kreatifitas merupakan sikap (attitude), dan (c) kreatifitas merupakan sebuah proses. Kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya, adalah sama pentingnya.

Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang berbakat karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses pengembangan bakat. Meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dan bakat tidak selalu menunjukkan bukti-bukti yang memuaskan. Bakat yang rendah memang diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Namun semakin tinggi bakat seseorang, tidak selalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi pula. Hal ini tergantung pada proses perkembangan bakat yang harusnya disertai dengan proses perkembangan kreativitas. Sikap kreatif memerlukan cara berfikir kreatif. Dengan cara itu maka seseorang mampu melihat persoalan dari berbagai perspektif. Unsur kreatif diperlukan dalam proses berfikir untuk menyelesaikan masalah. Semakin kreatif, semakin banyak alternatif solusinya (Munandar, 2012: 9). Kreatifitas memang tidak dapat dipaksakan, tetapi harus dimungkinkan untuk tumbuh. Kreatifitas adalah suatu proses upaya manusia untuk membagun dirinya dalam berbagai aspek kehidupannya. Tujuan pembangunan diri adalah untuk menikmati kualitas kehidupan yang semakin baik yang dicerminkan melalui kelancaran, kelenturan, orginalitas dalam berfikir. Kreatifitas dapat merubah hal yang biasa menjadi luar biasa. Kreatifitas bukanlah monopoli hak orang jenius saja, kreatifitas ditumbuhkembangkan pada setiap orang melalui proses yamg sifatnya bertahap. Sikap kreatif harus didukung oleh kecerdasan emosional (EQ). Secara mental, orang kreatif memilki hasrat mengubah hal-hal di sekelilingnya, antara lain; kepekaan bersikap terbuka, tanggap terhadap sesuatu, minat untuk menggali lebih, rasa ingin tahu, mendalam dalam berfikir, konsentrasi, mampu menekuni suatu permasalahan, sikap berani mencoba, optimisme, dan mampu bekerja sama (Munandar, 2012: 10).

Kreatifitas berarti berani untuk mengambil risiko, karena mencoba hal-hal baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Selama otak masih berfungsi, kreatifitas masih mengalir dalam diri seseorang, dalam hal ini ada banyak hambatan untuk menjadi kreatif, yaitu; rasa takut, rasa puas, rutinitas tinggi, kemalasan mental, dan terpaku pada masalah. Ciri-ciri orang kreatif, yaitu; pribadi kreatif mempunyai kekuatan energi fisik, pribadi kreatif cerdas dan cerdik, pribadi kreatif dapat berselang-seling antara imajinasi dan fantasi, pribadi kreatif cenderung menunjukkan introversi dan ekstroversi, dan pribadi kreatif cenderung menunjukkan androgini psikologis.

Ciri seseorang memiliki kreatifitas, antara lain;

  • Seseorang yang mempunyai kreatifitas tinggi akan menghasilkan pemikiran yang luar biasa, aneh, dan terkadang dianggap tidak rasional.
  • Orang kreatif mampu melakukan loncatan pemikiran yang menimbulkan pemecahan masalah.
  • Cara berfikir kreatif ditandai dengan bertemunya kecerdasan intelektual dengan kecerdasan emosional.
  • Ada 3 faktor yang dapat menunjang berfikir kreatif, yaitu; kemampuan kognitif, sikap terbuka, sikap bebas, otonom, dan percaya diri.

Setiap orang memiliki kreatifitas dalam dirinya. Kreatifitas akan datang jika kesempatan muncul di depan mata. Ada banyak cara agar kesempatan itu muncul diantaranya; (a) amati sesuatu yang dikenal (b) jangan menunda pekerjaan sampai dengan batas waktunya, (c) pejamkan mata dan biarkan pikiran mengembara, (d) jangan berkata ”tetapi”, katakan “dan”, (e) ambil sudut pandang orang lain, (f) melakukan pencurah gagasan, (g) menumbuhkan imajinasi, (h) belajar mandiri seorang motivator yang terbaik, (i) ubah kebiasaan dan citra diri, (j) lakukanl tindakan, (k) terima perubahan dan tantangan suatu masalah, (l) terapkan ide-ide pada setiap sudut kehidupan, (m) miliki rasa ingin tahu dan jadilah pengamat, (n) kembangkan daya berfikir reflektif, (o) bersikap berani mengambil risiko, dan (p) bekerja sama atau berkolaborasi. Kreatifitas bisa terjadi karena kita mencoba sesuatu dengan sengaja. Dari sengaja ita mampu mengerjakannya dan menjadi terbiasa, jadi kreativitas muncul karena kita terbiasa untuk berkreasi (Munandar, 2012: 36).

Has Positive Influence On Teammates (Berpengaruh Positif terhadap Rekan Tim)

Mempunyai pemikiran yang sama adalah faktor penting dalam menentukan kerja sama antar atlet dalam sebuah tim. Pemain tertentu memiliki kemampuan khusus untuk berkontribusi secara positif dengan memiliki pemikiran yang sama terhadap rekan timnya. Dengan adanya pemikiran yang sama antar pemain dalam sebuah tim, maka akan memudahkan pemain dalam menentukan tujuan yang sama. Dengan tujuan yang sama, maka sebuah tim akan terorganisasi dengan baik. Selain itu, dalam sebuah tim akan tercipta suasana yang menyenangkan antar pemain dalam sebuah tim. Dengan keadaan menyenangkan antar pemain, maka hal ini akan membawa energi dan antusiasme pada pemain sehingga dalam meraih prestasi akan lebih mudah (Brown, 2001: 46).

Has A Nose for The Ball (Memiliki Semangat yang Lebih untuk Mendapatkan Bola)

Seseorang yang memiliki kemampuan lebih pada suatu permainan, misalnya bola basket, seseorang memiliki cara untuk menampilkan permainan yang selalu menemukan tindakan dalam mendapatkan bola. Seorang atlet basket akan berusaha melompat untuk mengambil bola yang lepas, berjuang untuk merebut bola lawan, dan mengambil bola yang keluar lapangan. Seseorang yang memiliki bakat ini akan berusaha maksimal untuk melakukan yang terbaik dalam permainannya walaupun memiliki postur tubuh yang kurang mendukung (Brown, 2001: 47).

Pemain yang memiliki bakat ini dapat melepaskan bola pada saat yang tepat dan berpikir dua atau tiga kali lebih cepat. Seseorang yang memiliki bakat tersebut memiliki kemampuan untuk membaca permainan dan untuk meredam permainan lawan. Untuk mengidentifikasi seseorang yang memiliki bakat ini memang sulit, karena belum ada yang menemukan cara untuk menduplikasi bakat itu. Para atlet profesional memiliki bakat ini secara terbatas. Tidak semua atlet profesional mempunyai bakat seperti ini, karena membutuhkan motivasi yang besar dari dalam dirinya.

Makes Big Plays (Membuat Permainan Besar)

Dalam sebuah pertandingan olahraga, banyak sekali pertandingan yang diikuti oleh tim-tim besar. Tim besar pasti memiliki pemain-pemain yang bagus dalam melakukan permainannya. Terlepas dari sistem ofensif dan defensif canggih yang dirancang pelatih, sebagian besar permainan dan pertandingan ditentukan oleh atlet dalam membuat permainan yang bagus. Orang-orang seperti itulah yang menginginkan bola selalu dikuasainya, yang secara konsisten menghasilkan poin dalam sebuah pertandingan. Beberapa pemain bersembunyi dari tekanan seorang pelatih, pemain ini berkembang di atasnya. Pemain mungkin menunjukkan skill biasa selama praktek dan untuk waktu yang lama selama pertandingan, tetapi ketika tim mereka membutuhkan kemenangan, sebuah tim memiliki kemampuan yang luar biasa untuk meraihnya. Di sinilah bakat yang luar biasa dimiliki seorang pemain yang mampu menampilkan permainan yang besar atau luar biasa (Brown, 2001: 47).

Make Teammates Better (Membuat Rekan Tim Lebih Baik)

Sebuah tim akan tercipta susasana harmonis jika hubungan antar pemain saling membantu dan saling mengingatkan. Tidak selamanya seorang pemain mampu melakukan permainan yang bagus. Terkadang seorang pemain mengalami kecemasan atau gangguan lainnya sehingga permainannya kurang baik. Dengan dorongan dan bantuan dari rekan timnya seorang pemain biasanya bisa merubah permainannya dengan baik. Bakat inilah yang jarang dimiliki oleh seorang pemain. Seseorang yang memiliki bakat ini akan selalu berusaha mengingatkan rekan dalam timnya untuk melakukan yang terbaik. Selain melakukan permainan yang baik pula, seseorang yang memiliki bakat ini mampu meredam ego masing-masing pemain yang berlebihan (Brown, 2001: 47).

Anticipates (Mengantisipasi)

Antisipasi merupakan upaya untuk mencari solusi pada pertandingan yang akan dijalaninya. Dengan antisipasi ini, seorang pemain mampu melakukan upaya-upaya yang terbaik berdasarkan pengalaman dan informasi yang diketahui sebelumnya. Dari informasi sebelumnya, bisa diketahui seberapa besar kekuatan lawan, kemampuan lawan, dan kecenderungan lawan yang biasa dilakukan sebelumnya. Dengan semua informasi itu, seorang atlet/pemain bisa mengantisipasi apa yang akan terjadi dan memposisikan dirinya untuk mendapatkan hasil yang terbaik (Brown, 2001: 48).

Is Coachable (Mendengarkan Instruksi Pelatih)

Seorang atlet pasti memiliki seorang pelatih. Pelatihlah yang memberikan semua aturan, dorongan, dan instruksi kepada atletnya. Hanya beberapa atlet yang mampu mengerti apa yang diinginkan oleh pelatihnya. Informasi yang disampaikan oleh pelatih, rekan satu tim, teman, dan orang tua untuk memberitahu atlet ini apa yang harus dilakukan atau menunjukkan kepada mereka bagaimana melakukan sekali saja, maka seorang atlet mampu memahami ide yang diberikan dan menggunakannya dengan baik. Seorang atlet yang memiliki bakat ini dapat mengamati gerakan yang diberikan pelatih, memvisualisasikan diri mereka untuk bergerak, dan saat melakukan gerakan tersebut, atlet tersebut langsung mampu melakukannya, tanpa meminta dijelaskan lagi. atlet yang memiliki bakat ini memiliki keunggulan luar biasa atas orang yang tidak bisa atau tidak akan mendengarkan instruksi dari pelatihnya (Brown, 2001: 49).

Adjust to Situation (Menyesuaikan Diri dengan Situasi)

Atlet yang dapat beradaptasi dengan orang-orang dengan kondisi dan tuntutan fisik olahraga memiliki keuntungan lebih dari orang lain yang telah belajar untuk berpartisipasi tanpa harus beradaptasi. Beberapa atlet remaja belum pernah bermain untuk pelatih yang bukan merupakan orang tuanya atau beberapa atlet memiliki pelatih yang sama sepanjang karir mereka. Seorang atlet tidak tahu bagaimana rasanya untuk melakukan di bawah disiplin/ strategi atau persyaratan praktek yang orang lain berikan. Atlet yang memiliki bakat inilah yang mampu menyesuaiakan dirinya kepada pelatih yang sangat keras sekalipun (Brown, 2001: 50).

Rises to The Occasion (Menggunakan Kesempatan dengan Baik)

Di tingkat pemula, atlet paling berbakat memiliki cara mengangkat kualitas atau intensitas permainannya. Atlet yang memiliki bakat ini hampir tak kenal takut dalam sebuah kompetisi apapun, walaupun tim yang dihadapi adalah tim yang sangat kuat. Seorang pemain akan berusaha melakukan terbaik walaupun dalam kenyataannya kalah dari lawannya, tetapi pemain tetap menaikkan intensitasnya, walaupun dihajar lawannya, tetapi tidak ada niat sedikitpun untuk mundur dan menyerah (Brown, 2001: 51).

Has Killer Instinct (Memiliki Naluri Pembunuh)

Atlet berbakat yang dikatakan mampu mencium bau darah atau memiliki naluri pembunuh menyebutnya sesuatu yang lain, tetapi atlet unggul tahu bagaimana untuk menyelesaikan pekerjaannya atau yang menjadi tanggung jawabnya. Ketika seorang atlet memberikan tekanan kepada lawannya, dan lawannya sudah pada posisi tertekan, maka atlet tersebut tidak menurunkan tekanannya, melainkan meningkatkannya. Atlet tersebut tidak memberikan lawan kesempatan untuk kembali dalam permainannya. Atlet tersebut tidak berusaha untuk mempermalukan lawannya melainkan untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah dilatih untuk melakukannya (Brown, 2001: 51).

Apapun kondisi dan pekerjaan seseorang pada saat ini, tidak ada salahnya untuk terus mencari bakat terbaiknya. Kadang memang individu sendiri, entah kenapa, tidak peka dengan panggilan bakat masing-masing individu. Tugas masing-masing individu adalah menemukannya, dan sampai kapanpun itu akan ditemukan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa setiap orang memiliki potensi bakat yang ada pada dirinya, tetapi banyak orang yang tidak sadar atau mengenalinya. Bakat yang terlihat dan terukur saja terkadang orang malas untuk mengembangkannya, apalagi bakat yang tidak dapat diamati dan diukur secara langsung. Dengan menggali bakat terpendam pada dirinya, seorang atlet mampu mengembangkannya untuk mendorong prestasinya yang lebih baik. Bakat merupakan kemampuan bawaan sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud . Bakat tidaklah diturunkan semata melainkan merupakan hasil interaksi dari factor keturunan dan factor lingkungan. Bakat mencakup ciri-ciri lain yang dapat memberi kondisi atau suasana yang memungkinkan bakat tersebut terealisasi termaksud intelegensi, kepribadian, dan keterampilan khusus. Potensi yang dimiliki individu ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus, intelegensi termaksud kemampuan umum, sedangkan kemampuan khusus mengacu kepada bakat yang dimiliki individu. Dengan mengetahui beberapa bakat terpendam yang tidak terlihat, maka seorang atlet mampu melakukan hal-hal yang luar biasa dari rekan tim atau orang lain. Bakat inilah yang memiliki peran paling penting dalam mengembangkan potensi bakat yang dimiliki.


REFERENSI 

  • Anonim. (2000). Delapan Jenis Kcerdasan. Diakses tanggal 25 Februari 2015. file:///D:/MATERI%20S2/Pemanduan%20Bakat/Setiap%20Anak%20Cerdas.
  • Asmani, J.M. (2012). Kiat mengembangkan bakat anak di sekolah. Jogjakarta: DIVA Press.
  • Bryan, Charity Leigh; Solmon, Melinda A. (2002). Student Motivation in Physical Education and Engagement in Physical Activity. Journal of Sport Behavior. Diakses tanggal 25 Februari 2015. http://search.proquest.com/docview/1033228337?accountid=38628
  • Brown, Jim. (2001). Sports talented. How to identify and develop outstanding athletes. Champaign, II.: Human kinetics.
  • Rini, Ayu. (2009). Petunjuk Mengarahkan Bakat Anak. Jakarta: Pustaka Mina.
  • Munandar, Utami. (2012). Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Putra, S.R. (2013). Panduan pendidikan berbasis bakat siswa. Jogjakarta: DIVA Press.










Posting Komentar untuk "FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG PEMBENTUKAN BAKAT SESEORANG"